Kamis 01 Aug 2019 17:21 WIB

IPB Gandeng Lembaga Riset Pertanian Terkemuka Tiongkok

Kerja sama terutama terkait smart agriculture.

Rektor IPB University, Dr Arif Satria (kanan) bertukar cendera mata dengan pimpinan salah satu lembaga riset di Tiongkok.
Foto: Dok IPB
Rektor IPB University, Dr Arif Satria (kanan) bertukar cendera mata dengan pimpinan salah satu lembaga riset di Tiongkok.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Rektor IPB University, Dr  Arif Satria bersama Kasubdit Kerja Sama dan Hubungan Internasional, Dr Ing Dase Hunaefi melakukan kunjungan ke beberapa institusi pengembangan pertanian 4.0 di Tiongkok, Senin-Selasa (29-30 Juli 2019). Rombongan IPB University didampingi oleh Dr Yayat Sutarya, atdikbud KBRI untuk Tiongkok.

Beberapa institusi yang menjadi destinasi lawatan antara lain Chinese Academy of Agricultural Sciences (CAAS), Beijing Forever Technology Co, LTD, dan Fujian Academic of Agricultural Sciences (FAAS). 

Dalam kunjungannya ke CAAS,  rektor IPB University disambut oleh Prof Wu Kongming, vice President CAAS beserta jajaran. Kunjungan ini dimaksudkan untuk melihat secara langsung smart agriculture  yang dikembangkan oleh CAAS. "China dengan artificial intelligence telah berhasil mengembangkan Agriculture 4.0 dan menjadi leader di bidang Smart Farming,"  ujar Arif Satria dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (1/8).

Pada kesempatan tersebut rektor IPB University mengunjungi instalasi dan model di Key Laboratory of Agricultural Remote Sensing serta melihat demonstrasi drone yang dirancang khusus untuk kebutuhan smart farming dengan maket peraga integrated smart farming. "Upaya mewujudkan Agricultural 4.0 di Indonesia diawali dengan mewujudkan pilot smart agriculture di IPB sebagai bukti percontohan bagi Indonesia dan dunia," terang Arif. 

Menghadapi isu pangan global, Arif menekankan pentingnya kerja sama untuk mewujudkan smart agriculture.  “Kami sepakat untuk merealisasikan smart agriculture mengingat pentingnya pemenuhan food security bagi penduduk dunia dalam menghadapi tantangan di masa mendatang,” tegas Arif.

photo
Rektor IPB University, Dr Arif Satria beserta rombongan, mengunjungi sejumlah lembaga riset di Tiongkok.

Dalam lawatannya, rektor IPB University turut mengunjungi Beijing Forever Technology Co, LTD (BFT) untuk membahas penguatan kerja sama technical and vocational education and training terutama dalam bidang big data dan artificial intelligence demi terwujudnya smart agriculture 4.0. 

Pada kesempatan tersebut, rektor IPB University diterima oleh Du Mingliang, Public Relations Department Manager BFT. Mantan Dekan Fakultas Ekologi Manusia tersebut menjelaskan perlunya investasi di bidang smart agriculture. “Diperlukan investasi peralatan big data dan Electrical Air Vehicle (drone) untuk smart agriculture dan memungkinkan investasi, serta TVET di bidang tersebut,” ungkap Arif. 

Lawatan terakhir dalam rangkaian kunjungan kerjanya, rektor IPB University menyambangi 16 institut yang terintegrasi dari cultivasi ke komersialisasi di FAAS, melihat secara langsung fasilitas laboratorium High-Technology yang ada disana. Selain itu, dilakukan pula penandatanganan MoU antara IPB University dan FAAS. Turut hadir dalam kesempatan tersebut Chen Yonggong (chairman of FAAS), Prof  Weng Kiyong (presiden FAAS), beserta jajarannya. 

Pada kesempatan tersebut, Arif juga menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan ke depan. “Tindak lanjut dari kerja sama ini adalah pertukaran dosen, peneliti, visiting professor di antara kedua belah pihak, termasuk mengirimkan dosen-dosen IPB untuk melakukan postdoctoral di FAAS, terutama bagi doktor muda untuk belajar science pertanian di Tiongkok,” jelas Ketua Forum Rektor Indonesia Terpilih 2020 itu.

Dalam kesempatan yang sama,  rektor IPB University menilik fasilitas Institute of Digital Agriculture CAAS yang memiliki precision agricultural practices dari mulai dosis pemupukan yang tepat, menggunakan ruang kontrol dan pengairan serba otomatis, penanganan penyakit tanaman menggunakan dosis pestisida secara tepat dan terukur, hingga monitoring kelembaban relatif dan suhu ruangan di dalam green house secara terukur. “Pertanian di Indonesia memerlukan acceleration of digital transformation to smart agriculture, kami sedang menggarap ini, dan kami akan mewujudkannya di Indonesia,” tegas Arif.

Kunjungan diakhiri dengan melihat fasilitas kandang ayam yang serba otomatis, pengaturan pakan dan suhu kandang yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat menghilangkan bau yang berlebihan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement