Kamis 01 Aug 2019 05:11 WIB

Guru Besar UI: Bukan Migas yang Habis, tapi Ide Eksplorasi

Teknologi saat ini memungkinkan untuk mengembangkan inovasi eksplorasi migas.

Potensi cadangan migas di Indonesia
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Potensi cadangan migas di Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Guru Besar Ilmu Geofisika Universitas Indonesia Abdul Haris menyebut bukan cadangan migas yang saat ini habis sehingga produksinya menurun, melainkan ide melakukan eksplorasinya yang kurang berkembang. Haris bercerita sekitar 1990-an, dirinya ditanya mengenai pilihannya pada peminatan geofisika setelah dua tahun kuliah di Departemen Fisika FMIPA UI.

"Kenapa memilih geofisika padahal migas akan habis dalam 10 tahun ke depan, artinya geofisika tidak memberikan prospek masa depan. Ternyata hingga saat ini, minyak masih ada. Bukan minyak yang habis, tapi yang habis adalah ide kita. Sama halnya kalau kekurangan uang bukan uangnya yang tidak ada tapi ide kita yang tidak ada untuk mencari," katanya diiringi gelak tawa dalam pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Geofisika Fakultas Matematika dan IPA UI di Kampus UI Depok, Rabu (31/7).

Baca Juga

Menurut Haris, teknologi saat ini memungkinkan untuk mengembangkan inovasi dan teknologi untuk mendukung kegiatan eksplorasi migas. Ditambah lagi cadangan migas nasional yang masih cukup banyak.

"Teknologi sekarang memungkinkan kita mencari inovasi yang bisa membangkitkan minyak yang tersimpan. Karena pada dasarnya minyak yang tersimpan itu masih lebih dari 50-an persen. Secara recovery factor (yang telah dieksploitasi) itu hanya 30 persen," katanya.

Secara rinci, ada 60 cekungan migas di Indonesia, di mana 22 cekungan diantaranya belum dibor, 13 cekungan telah dibor tapi belum ada penemuan, delapan cekungan dengan penemuan tapi belum berproduksi, dan 16 cekungan produksi.

Oleh karena itu, ahli eksplorasi seismik dituntut membuka paradigma baru eksplorasi migas sebagai upaya menjawab tantangan langsung dari skenario ekonomi yang sulit dan pengembangan eksplorasi wilayah baru dengan memperhitungkan risiko yang tinggi. "Industri migas perlu melakukan inovasi untuk menghasilkan teknologi yang efektif dan efisien dalam menilai prospektivitas lapangan migas melalui pendekatan baru eksplorasi seismik. Pengembangan ke depan juga perlu difokuskan pada pendekatan kecerdasan buatan untuk mendesain metode seismik dalam penggambaran sebaran reservoir migas," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement