Rabu 31 Jul 2019 17:55 WIB

Derap Bahasa Indonesia sebagai Kekuatan Bangsa

bahasa Indonesia merupakan nation branding yang berfungsi memberikan citra positif

Sejumlah remaja dari Provinsi Gorontalo memakai kostum bunga berwarna-warni pada helaran budaya 'Kemilau Nusantara 2015' di depan Gedung sate, Kota Bandung, Ahad (25/10). Acara tersebut diikuti  16 provinsi di Indonesia serta 25 kota dan kabupaten di Jabar
Foto: Republika/Edi Yusuf
Sejumlah remaja dari Provinsi Gorontalo memakai kostum bunga berwarna-warni pada helaran budaya 'Kemilau Nusantara 2015' di depan Gedung sate, Kota Bandung, Ahad (25/10). Acara tersebut diikuti 16 provinsi di Indonesia serta 25 kota dan kabupaten di Jabar

Saat Soekarno menjabat presiden Indonesia puluhan tahun silam, sebuah jargon keras digalakkannya ke seluruh penjuru negeri.

 “Ganyang Malaysia!” katanya.

Kedekatan negara tetangga itu dengan imperialisme Inggris jadi satu penyebab besar kebencian sang bapak proklamator. Kebencian itu lambat diinternalisasi oleh banyak rakyat Indonesia.

Sampai presiden Soeharto menggantikan kedudukan presiden Soekarno, hubungan Indonesia-Malaysia membaik. Soeharto dan Mahathir Mohammad, Perdana Menteri Malaysia, berpijak pada satu hal yang mendinginkan perseteruan dua negara itu: diplomasi.

Diplomasi merupakan pijakan hubungan negara-negara di seluruh dunia. Tanpanya, mungkin kedamaian yang didamba-dambakan itu tak bisa terwujud. Kasus Indonesia-Malaysia era Mahathir-Soeharto hanyalah satu contoh perseteruan yang bisa mendingin akibat diplomasi. 

Hingga saat ini, jumlah penutur bahasa Indonesia mencapai lebih dari 200 juta orang. Tak mengherankan, mengingat Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang banyak.

Ternyata, bukan hanya penduduknya, Bahasa Indonesia juga digunakan dan dituturkan oleh penduduk negara-negara lain. Bahasa Melayu sebagai asal muasal Bahasa Indonesia misalnya, digunakan di banyak negara di ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. 

Membahas diplomasi tak bisa dilepaskan dengan peran bahasa. Dikenalah istilah diplomasi bahasa sebagai proses interaktif berbentuk hubungan antar dua negara atau lebih yang bertujuan mencapai kepentingan politik luar negeri masing-masing negara ini 

Sejak lama, Indonesia mempunyai banyak hubungan dan kerjasama dengan banyak negara yang tentu menguntungkan banyak aspek kehidupan di dalamnya. Sebut saja dari aspek ekonomi, politik, dan kebudayaan. ASEAN (Association of Southesast Asian Nations), PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), AFTA (Asean Free Trade Area), KAA (Konferensi Asia Afrika), adalah beberapa contohnya.

Letak geografis Indonesia yang strategis hingga limpahan kekayaan alam yang dimiliki membuat negara ini dijadikan mitra bisnis yang berprospek bagi banyak negara. Jalinan hubungan baik antar pemimpin negara Indonesia dengan pemimpin negara-negara lainnya juga turut menjadi keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Hal tersebut membuat Indonesia mempunyai posisi tawar yang baik sebagai negara yang berpengaruh dalam jalinan hubungan antar negara.

Darma, et al. (2018) mengatakan bahasa Indonesia merupakan nation branding yang berfungsi memberikan citra positif bagi negara itu.  Namun, bukan hanya citra, diplomasi melalui bahasa Indonesia bisa menjadi alat kekuatan negara yang membawa dampak positif di berbagai aspek kehidupan Indonesia.

Posisi tawar Indonesia yang baik itu bisa dimanfaatkan untuk menerapkan maupun mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia dalam forum-forum internasional. Penggunaan bahasa Indonesia dalam forum internasional bisa menunjukkan kekuatan yang Indonesia miliki sebagai negara yang berpengaruh.

Implementasinya adalah pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri, yang berasal dari luasnya relasi dan kerjasama Indonesia, yang membuatnya bisa amembentuk entitas kuat sehingga mempunyai kapabilitas untuk menjadikan bahasa nasionalnya sebagai bahasa utama yang digunakan orang-orang dari berbagai negara dalam satu atau lebih kesempatan.

Penggunaan bahasa Indonesia dalam forum-forum internasional bisa menjadi penguat yang mengesankan Indonesia merupakan negara yang berpengaruh. Pengaruh itu terwujud dari kemampuan Indonesia untuk membawa bahasa nasionalnya menjadi bahasa yang digunakan dalam forum internasional, di mana di dalamnya berisikan banyak lapisan orang dari negara-negara lain.

Lambat laun, hal itu akan membentuk sebuah siklus. Banyak menjalin kerjasama dan persahabatan dengan negara lain membuat kekuatan dan posisi Indonesia menguat, baik secara politis maupun ekonomis. Kekuatan itu membuat Indonesia kapabel untuk memperkuat posisinya dengan mewujudkan penggunaan bahasa nasionalnya dalam forum-forum internasional.

Joseph Nye (2004) menjelaskan bahwa asal muasal kekuatan suatu negara setelah Perang Dingin bukan hanya bergantung pada kekuatan militer, tetapi juga pada kekuatan lain budaya sebagai soft power sebuah negara. Sebagai bagian dari kebudayaan, tentu penggunaan bahasa Indonesia berdampak baik bagi Indonesia sebagai wujud dan usaha diplomasi dengan negara lain.

Penggunaan bahasa Indonesia di forum internasional membuka sebuah gerbang baru dalam pelestarian kebudayaan dan bahasa Indonesia. Ketika hendak menjalin diplomasi, mempelajari bahasa serta kebudayan negara yang dituju menjadi hal yang dilakukan dalam hubungan antar negara. 

Serangkaian kepentingan antar negara menjadi latar belakangnya. Bila diplomasi bahasa dilakukan, salah satunya melalui penggunaan bahasa Indonesia di forum internasional, maka jumlah penutur bahasa Indonesia pun akan bertambah seiring waktu.

Bukan hanya orang Indonesia, bahasa Indonesia juga dikuasai oleh orang-orang dari negara lain. Dengan begitu, diplomasi bahasa bisa menyumbang peranan nyata dalam pelestarian kebudayaan dan bahasa Indonesia. Bahasa memang mempunyai kekuatan yang amat besar.

Menurut Warsito dan Kartikasari (2007), diplomasi kebudayaan adalah diplomasi yang memanfaatkan kebudayaan untuk memperjuangkan kepentingan nasional dalam masyarakat internasional.  Selama ini, lembaga-lembaga pendidikan formal kerap mengajarkan anak-anak Indonesia bahwa salah satu upaya melestarikan kebudayaan Indonesia adalah dengan memperkenalkan seni dan budaya ke mancanegara.

Kenyataannya, mengacu pada konsep diplomasi kebudayaan tersebut, usaha melestarikan budaya tidak dapat dipisahkan dari pelestarian bahasa sebuah negara maupun kelompok. Selain kesenian tari, musik, hingga pakaian yang mencerminkan identitas bangsa, bangsa Indonesia juga perlu mengedepankan aspek bahasa nasionalnya untuk melestarikan kebudayaan.

Kebudayaan bersifat dinamis karena berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan manusia. Sebagai generasi penerus yang kelak akan menduduki posisi-posisi penting dalam pemerintahan dan lapisan lainnya, anak muda Indonesia harus mempertahankan identitas utama bahasa Indonesia.

Misalnya, kesantunan berbahasa yang melekat sebagai ciri bahasa Indonesia. Ekspansi bahasa asing merupakan salah satu dampak baik dari perkembangan zaman.

Namun, jangan sampai itu membuat anak-anak muda melupakan identitas bahasa Indonesia. Hal yang perlu dilakukan adalah menjaga dan mempertahankan agar tidak melenceng dari konteks dan identitas utamanya. 

Pengirim: Selma Kirana Haryadi

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement