Selasa 30 Jul 2019 18:41 WIB

Krokot Bisa Jadi Krim Wajah Anti-Aging

Ketersediaan tanaman krokot di Indonesia cukup melimpah.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Empat mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang mengembangkan tanaman krokot menjadi krim anti-aging.
Foto: Dokumen.
Empat mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang mengembangkan tanaman krokot menjadi krim anti-aging.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Krokot (Portulaca oleracea L) merupakan tanaman yang tumbuh liar di lapangan dan dapat tumbuh di daerah berpasir dan tanah liat. Tapi, krokot belum banyak dikembangkan manfaatnya.

Krokot sendiri dapat tumbuh walau kekurangan air dan memiliki sifat adaptasi yang baik terhadap lingkungan. Krokot termasuk salah satu gulma dari budi daya tanaman semusim.

Untuk memberikan nilai tambah kepada krokot, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mencoba berinovasi. Mereka memanfaatkannya menjadi kosmetik herbal.

Ada Silviana Nugraheni dan Ranum Wanudya Yunas dari Prodi Kimia, Ratna Puji Rahayu dari Prodi Akuntansi, dan Aulawi Nulad Utami dari Prodi Pendidikan Ekonomi.

Mereka mencoba mengolah krokot jadi krim wajah anti-aging. Silviana mengatakan, mereka mengolah ekstrak krokot menjadi krim wajah karena sifat-sifatnya yang tinggi gizi dan anti-oksidan.

"Krokot diperkaya dengan berbagai kandungan seperti KCI, KSO4, KNO3, Nicotinic acid, tannin, saponin, vitamin A, B, C, 1-noradrenalin, noradrenalin, dopamine, dan dopa," kata Silviana.

Anti-oksidan sebagai kandungan bermanfaat untuk tubuh manusia. Salah satunya untuk peremajaan kulit, penangkal radikal bebas, pencegah kanker, mengurangi jerawat, meningkatkan kolagen dan anti-aging.

Ratna menuturkan, ketersediaan tanaman krokot di Indonesia cukup melimpah. Sayangnya, belum dimanfaatkan sebagai produk yang memiliki nilai jual tinggi.

Keunggulan produk ini mengandung ekstrak tanaman krokot yang mengandung anti-oksidan sebagai penangkal radikal bebas. Sehingga, kulit jadi cerah dan ternutrisi, harga terjangkau, dan praktis.

"Produk krim wajah dengan ekstrak krokot belum ada di pasaran, sehingga berpotensi untuk dikembangkan sebagai produk khas karena berasal dari tanaman yang banyak terdapat di Indonesia," ujar Ratna.

Ranum menerangkan pembuatan krim tersebut. Bahan yang dibutuhkan mulai etanol 90 persen, setil alkohol, asam stearat, trietanolamin, gliserin, paraffin, adeps lanae dan propil paraben.

Ada pula metil paraben, ekstrak krokot, akuades, masker, sarung tangan, alumunium foil, dan kertas saring. Pembuatannya dimulai mencuci bersih krokot dan ditiriskan hingga kering.

Setelah itu, krokot diblender dan direndam etanol selama 24 jam dengan ditutup alumunium foil. Dari sana, didapat filtrat dan residu satu yang kemudian disaring, direndam etanol selama 24 jam.

Didapatkan filtrat dan residu dua. Filtrat satu dan dua dicampur, diuapkan dengan rotary evaporator untuk didapatkan ekstrak kental. Pembuatan ekstrak terbagi dua fase yaitu fase air dan fase minyak.

Untuk fase air, setil alkohol, adeps lanae, parafin cair dan asam stearat ditambah propil paraben 70 derajat celcius. Untuk fase minyak metil paraben dilarutkan dalam air panas 90 derajat celcius.

Lalu, tambahkan gliserin dan trietanolamin 70 derajat celcius. Fase minyak dan fase air kemudian dicampur, aduk selama tiga menit, diamkan 20 menit. "Aduk dan tambahkan esktrak etanol tanaman krokot dan krim wajah siap digunakan," kata Ranum.

Aulawi menambahkan, produk yang dihasilkan berupa krim wajah anti penuaan dini berbahan dasar ekstrak tanaman rumput krokot yang disebut Macea. Krim ini memiliki banyak kandungan.

Mulai anti-oksidan, tanin, saponin, flavonoid, fenol, alkaloid dan glikosida yang kaya akan kandungan antioksidan tinggi. Komponen ini mampu menjaga kesehatan kulit wajah.

Didesain praktis sesuai dengan kebutuhan wanita saat ini dengan ukuran pot krim 20 gram. Kemasan dikemas lagi dengan kotak yang menarik dan mampu menjaga produk dari faktor eksternal.

"Krim wajah anti penuaan ini mampu bertahan selama satu tahun lamanya, dan karya ini berhasil meraih dana Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan 2019 dari Dikti," ujar Aulawi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement