Selasa 23 Jul 2019 13:05 WIB

Menristek Dorong PT Terapkan Teknologi pada Produk UMKM

ISEI berkontribusi memberikan nilai tambah terhadap satu produk yang dijual.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Esthi Maharani
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir
Foto: Fakhri Hermansyah
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendorong perguruan tinggi dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) untuk berfokus meningkatkan pendapatan Usaha Mikro, Kecil dan, Menengah (UMKM) melalui penerapan teknologi. Sektor yang secara umum belum banyak diperhatikan perguruan tinggi ini menjadi penopang perekonomian Indonesia.

"Pertumbuhan ekonomi yang ada di kita itu basisnya ekonomi kerakyatan. Ekonomi rakyat harus baik, maka UMKM harus digerakkan. Apa yang harus dilakukan sekarang dengan teknologi yang begitu cepat?" kata Nasir, dalam keterangan resmi yang diterima Republika, Senin (22/7).

Ia mengatakan, ISEI berkontribusi memberikan nilai tambah terhadap satu produk yang dijual. "Jangan hanya kita memberikan pelatihan tentang tata cara, tapi bagaimana menggandengkan inovasi-inovasi perguruan timggi dengan masyarakat kecil," kata dia.

Salah satu sektor UMKM yang paling banyak adalah makanan dan minuman. Namun, Nasir mengatakan masih sedikit teknologi yang diterapkan untuk memastikan makanan UMKM ini higienis dan tahan lama.

Kemenristekdikti selama lima tahun terakhir sudah mencoba menerapkan teknologi pengemasan yang memastikan makanan tidak mengandung mikroba yang akan membusukkan makan tersebut. Teknologi pengemasan yang higienis ini masih jarang diterapkan di kalangan UMKM, padahal apabila diterapkan, ada nilai tambah dan pemasukan UMKM dapat meningkat.

"Di Kebumen itu saya membina industri kecil, sate ambal. Sate itu hanya diproduksi satu hari kapasitas produksinya 40 - 50 ekor ayam. Tapi karena masakannya enak, bagaimana kalau kita bantu sistem pengemasannya? Teknologi saya masukkan di situ. Akhirnya sate ambal mampu bertahan selama enam bulan juga tanpa bahan pengawet. Enam bulan ini ternyata memberi nilai tambah. Sekarang rumah pemiliknya bagus, punya mobil. Bagaimana ekonomi kerakyatan harus kita dorong," kata Nasir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement