Senin 08 Jul 2019 20:37 WIB

Sistem Zonasi Perlu Dievaluasi

Sistem zonasi dinilai perlu dievaluasi khususnya kualitas internal sekolah

Seorang pria melakukan aksi unjuk rasa menolak sistem zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Solo, Jawa Tengah, Selasa (2/7/2019).
Foto: Antara/Mohammad Ayudha
Seorang pria melakukan aksi unjuk rasa menolak sistem zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Solo, Jawa Tengah, Selasa (2/7/2019).

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ini diwarnai oleh pro-kontra sistem zonasi pendidikan. Tak sedikit orang tua murid mengeluhkan hal ini.

Pemerintah melalui sistem zonasi mempunyai tujuan untuk pemerataan kualitas pendidikan. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, banyak timbul permasalahan baru dalam praktiknya.

Baca Juga

Adanya sistem zonasi sekolah sebenarnya dipicu adanya anggapan bahwa ada sekolah favorit dan non favorit. Sekolah favorit mempunyai sarana prasarana yang mendukung pembelajaran.

Sedangkan non favorit kualitas di dalamnya tak sebagus di sekolah favorit. Pada dasarnya permasalahannya ada pada kualitas internal sekolah, jadi kurang tepat jika pemerintah memberlakukan sistem zonasi. 

Dengan demikian, ini menjadi tugas negara untuk mengupayakan pemerataan sarana prasarana yang menunjang kegiatan pendidikan. Termasuk di dalamnya tenaga pengajar yang profesional, kurikulum yang membentuk kepribadian siswa agar berakhlak mulia.

Mengingat pendidikan merupakan kebutuhan pokok masyarakat, maka negara menjamin biaya sekolah bagi semua rakyatnya. Bukan sebaliknya, semakin lengkap kualitas sekolah, semakin mahal pula biayanya. Karena pada hakikatnya pendidikan merupakan hak rakyat yang harus dipenuhi secara gratis oleh negara.

Pengirim: Novia Listiani, Lampung 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement