Sabtu 06 Jul 2019 06:13 WIB

Van Imhoff, Toko Merah dan Peristiwa Berdarah di Batavia

Toko Merah menjadi saksi pembantaian puluhan ribu etnis Tionghoa di Batavia pada 1740

Toko Merah tahun 1920
Foto:
Museum Wayang

Garis takdir menuntun Imhoof menjadi gubernur jenderal karena peristiwa berdarah di Batavia. Yakni saat ribuan orang keturunan Tionghoa dibantai atas perintah atasannya, Gubernur Jenderal Adrian Valckenier yang disebut tidak berniat menghapus KKN di tubuh VOC. Kebijakan-kebijakan Valckenier yang menekan para keturunan Tionghoa di Batavia pun mendapatkan perlawanan. Hingga akhirnya timbul pemberontakan oleh keturunan Tionghoa di Batavia. Pemberontakan terhadap VOC akhirnya tidak lagi terbendung dan meluas hingga ke wilayah Jawa. Kasunanan Kartasura termasuk daerah yang terkena imbas dari pemberontakan tersebut.

Valckenier pun naik pitam dan mengeluarkan maklumat pada 9 Oktober 1740 yang memerintahkan seluruh prajurit VOC membunuh dan menghabisi orang keturunan Tionghoa beserta keluarganya. George Bernhard Schwarz dari Jerman menceritakan dalam bukunya yang terbit 1751 berjudul: Hal-hal yang luar biasa, menceritakan keterlibatannya dalam pembantaian dan amuk di luar perikemanusiaan itu. Schwarz menceritakan bagaimana ia membunuh tetangganya sekeluarga yang keturunan Tionghoa, padahal sebelumnya ia tidak mempunyai masalah dengan mereka dan berhubungan dengan baik.

Dalam buku itu ditulis, sekitar 24 ribu orang Tionghoa yang terdiri dari laki-laki, wanita, anak-anak, orang tua, dan pasien rumah sakit, dihabisi nyawanya. Keterangan jumlah korban menurut versi Jerman ini bertentangan dengan versi Belanda, yang menyebutkan korban sekitar 5.000 hingga 10 ribu jiwa. Peristiwa itu dikenal sebagai Geger Pecinan.

photo
Gubernur Jenderal Baron Gustav Wilhelm van Imhoff (Wikipedia)

Imhoof yang saat itu menjadi wakil gubernur jenderal VOC juga menentang perintah Valckenier. Akibatnya, Volckenier memerintahkan tentara menangkap Imhoff karena dinilai tidak mematuhi perintah atasan atau desartir.

Imhoof pun dikirim ke Belanda sebagai tahanan dan harus menjalani hukuman. Namun maklumat yang dikeluarkan Valckenier itu menjadi senjata makan tuan dan menjadi kesalahan fatal. Pada Mei 1743 saat kapal yang membawa Imhoof baru bersandar di pelabuhan Kota Amsterdam, Imhoof justru diperintahkan untuk kembali ke Batavia. Alasannya berita pembantaian di Batavia oleh Valckenier sudah sampai ke Negeri Kincir Angin.

Karma pun mengikuti garis edarnya. Valckenier dinyatakan bersalah karena pembantaian orang Tionghoa tersebut, dan akhirnya dipenjara seumur hidup. Imhoff pun diangkat untuk menggantikannya sebagai gubernur jenderal di Batavia. Imhoff juga ditunjuk melaksanakan hukuman untuk Valckenier.

Semasa berkuasa, sejumlah bangunan dan terobosan dibuat Imhoof. Pada 20 Agustus 1746 contohnya, Imhoff mendirikan kantor pos pertama di Batavia untuk menjamin keamanan surat pos.

Pada pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, sebuah jalan dibangun untuk menghubungkan Anyer Panarukan dengan menerapkan sistem kerja rodi. Tujuan jalan itu dibangun untuk mempercepat lalu lintas surat menyurat antar kota di pulau Jawa yang dikenal dengan nama Groote Postweg (Jalan Raya Pos).

photo
Istana Cipanas

Imhoff juga orang di balik berdirinya Kebun Raya dan Istana Bogor serta Istana Cipanas. Saat melakukan ekpedisi ke bagian selatan Batavia, dia terpukau dengan keindahan Buitenzorg, sebelum bersalin nama menjadi Bogor.

Imhoff yang lahir di Leer, Jerman pada 8 August 1705 tutup usia di Istana Cipanas pada 1 November 1750 ketika berusia 45 tahun. Ia pun dikebumikan di halaman de Nieuwe Hollandse (Gereja Belanda Baru). Namun, ketika halaman gereja sudah padat dan gedung gereja hancur karena gempa pada 1808, sebagian makam digali dan dipindahkan ke lokasi permakaman yang baru dibuka di Kebon Jahe Kober, sekarang permakaman itu menjadi Museum Prasasti, kompleks permakaman tertua di Jakarta.

Sebagai ganti bangunan gereja yang runtuh Pemerintah Hindia Belanda menggunakan lahan bekas gereja dan membangun sebuah bangunan dengan gaya Neo-Reinaissance yang diperuntukkan sebagai gudang milik perusahaan Geo Wehry & Co. Gudang tersebut sekarang menjadi Museum Wayang. Prasasti Imhoff kini masih bisa dijumpai di Museum Wayang.

TENTANG PENULIS: Karta Raharja Ucu, wartawan Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement