Kamis 04 Jul 2019 13:14 WIB

Beginilah Sikap Husnuzan Seorang Muslim

Standar yang digunakan seorang Muslim dalam berhusnudzon adalah syariat Islam

Video viral wanita disebut bawa anjing ke masjid.
Foto: Youtube
Video viral wanita disebut bawa anjing ke masjid.

Viral, video wanita berbaju putih bercelana hitam memasuki masjid dengan memakai sandal dan membawa seekor anjing sambil marah-marah, karena menganggap suaminya mau dinikahkan di masjid tersebut. Dikutip dari kompas.com, Keadaan semakin ricuh saat wanita yang berinisial SM tersebut melepaskan anjingnya sehingga berlarian di dalam masjid. Peristiwa itu membuat jamaah masjid marah dan berhamburan agar anjingnya keluar.

Menanggapi hal itu, banyak komentar yang bermunculan seraya marah, mengecam maupun meminta agar berhusnudzon sebagaimana tindakan Nabi SAW kepada seorang Arab Badui yang kencing di masjid disebabkan ketidaktahuannya akan hal tersebut.

Baca Juga

Marah dan mengecam adalah hal wajar yang dilakukan kaum muslimin atas dasar keimanannya. Sebab masjid adalah rumah Allah SWT, tempat beribadah kaum muslim yang bersih dan suci dari berbagai kotoran maupun najis. Bahkan kaum muslimin saja saat memasuki masjid harus bersih dari hadats besar maupun hadats kecil, dan dianjurkan untuk berpakaian yang terbaik.

Begitu pun sikap husnudzon memang haruslah dimiliki kaum muslimin, sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Hujurat ayat 12. Hanya saja, standar apa yang digunakan untuk berlaku husnudzon? Sebagai seorang muslim, perbuatan benar atau salah standarnya adalah syariat Islam. Mana yang menurut Allah SWT benar dan mana yang menurut Allah SWT salah.

Jika seseorang berbuat benar atau salah, maka sikap pertama memang perlu adanya tabayyun (periksa dengan teliti) agar terbukti perbuatannya benar atau salah. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menggali informasi, bertanya, meminta konfirmasi, dan sebagainya.

Pada diri manusia, ada empat kemungkinan perbuatan yang bisa terjadi, (1) perbuatan benar, (2) perbuatan benar disalahkan, (3) perbuatan salah, (4) perbuatan salah dibenarkan. Kemungkinan perbuatan (1) sudah jelas, maka tinggal diterima saja. Kemungkinan perbuatan (3) pun juga sudah jelas, tinggal meluruskan saja ke arah yang benar.

Kemungkinan perbuatan (2) dan (4) yang mengkhawatirkan, jika seseorang tidak benar-benar menggunakan dasarnya yang benar. Sebab, jika perbuatan benar disalahkan, maka standar siapa yang digunakan? Begitu pun sebaliknya, jika perbuatan salah dibenarkan. Perbuatan benar atau salah tersebut menurut hukum Allah SWT ataukah hanya sekedar adanya manfaat (kepentingan) yang bisa diambil?.

Seperti halnya perbuatan mengusir saudara muslim yang menyampaikan ajaran Islam secara kaffah (keseluruhan). Apakah perbuatan tersebut suatu kesalahan?

Allah SWT telah memberikan kewajiban dakwah pada setiap kaum muslim, dan setiap kaum muslim mempunyai kewajiban masuk ke dalam Islam secara keseluruhan (QS. Al-Baqarah: 208). Kemudian jika seseorang berbuat kecurangan, apakah hal tersebut suatu kebenaran? "Tidaklah seorang hamba yang Allah berikan kepemimpinan atas orang lain, lalu ia mati dalam keadaan berbuat curang terhadap orang-orang yang dipimpinnya, melainkan Allah akan mengharamkan atasnya surga.” (HR. Muslim).

Walhasil, kenyamanan, kesejahteraan, dan ketentraman hidup bermasyarakat akan sulit dicapai jika perbuatan benar atau salah dikembalikan pada keputusan manusia dan mengesampingkan  keputusan Allah SWT (baca: sekulerisme).

Allah SWT berfirman, ".....Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik.” (TQS. Al-An'am: 57). Wallahu ‘alam bi shawab.

Pengirim: Himatul Solekah, Pemerhati Media

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement