Rabu 26 Jun 2019 08:13 WIB

Meleburnya Budaya Melayu, Arab, dan Cina di Musik Betawi

Musik Betawi seperti sabrah, gambus, dan gambang kromong peleburan berbagai budaya

Syech Albar, musisi yang memperkenalkan orkes gambus ke Indonesia.
Foto: IST
Keroncong Tugu

Jauh sebelum JP Coen menguasai Batavia, warga Cina sudah tinggal di kota ini. Gambang kromong dan cokek adalah salah satu kesenian Cina yang berasal dari negeri leluhur dan masih berjaya hingga saat ini. Di Tangerang beberapa kali digelar pesta pehcun (hari keseratus Imlek).

Menggambarkan meriahnya pehcun di Kali Angke, seniman Betawi, Ridwan Saidi, menceritakan ratusan perahu dan sampan berweliweran dihiasi ribuan lampion warna-warni sehingga suasana malam menjadi terang benderang. Orkes gambang keromong dan cokek, suatu kesenian Cina yang terkenal kala itu, mengiringinya.

Di tangan almarhum Benyamin Sueb, musik dan lagu-lagu gambang keromong menjadi sangat populer. Nama gambang keromong diambil dari nama alat musik yaitu gambang dan kromong.

Mulanya orkes gambang keromong merupakan kegiatan masyarakat Cina saja. Setelah pemberontakan Cina 1740, karena dikejar-kejar Belanda, mereka melarikan diri ke berbagai tempat di Jakarta dan berbaur dengan masyarakat. Maka, bermain musik gambang kromong dan cokek diikuti oleh warga Betawi.

Sampai 1960-an, warga Cina kalau hajatan selalu memanggil orkes gambang keromong. Di sertai belasan penari cokek yang ngibing dengan membawa selendang yang diletakkan para tauke. Sementara, sambil ngibing, sang tauke diberi minuman memabukkan hingga teler. Kemudian, ia memberikan uang pada si penari yang dimasukkan ke bagian dadanya.

Belanda pada abad ke-17 menjadikan daerah Tugu, Cilincing, Jakarta Utara, sebagai tempat pemukiman orang Portugis setelah mereka ditaklukkan dari Malaka, Malaysia. Keturunan Portugis ini melahirkan Keroncong Tugu.

Pengaruh Portugis dapat diketahui dari jenis irama lagunya. Misalnya, moresko, frounga, kafrinyo, dan nina bobo. Dari irama lagu moresko kemudian lahir Keroncong Moresko. Sampai kini keroncong yang sudah berusia hampir empat abad di Indonesia itu masih memiliki banyak penggemar. Tentunya masih banyak lagi kesenian Betawi yang merupakan hasil percampuran budaya antar-etnis dan bangsa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement