Jumat 21 Jun 2019 11:43 WIB

PPDB Asah Kejelian Orang Tua Lihat Peluang

Agar tidak salah informasi, orang tua harus mencari informasi dari sumber yang benar.

Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) melakukan validasi tempat tinggal calon siswa dengan menggunakan Google Map.
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) melakukan validasi tempat tinggal calon siswa dengan menggunakan Google Map.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pelaksanaan Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) berbasis zonasi mengasah kejelian wali murid untuk melihat peluang mendaftarkan anaknya masuk ke sekolah sesuai dengan yang dibutuhkannya. "Untuk mendaftar PPDB ini harus jeli melihat informasi dan teliti. Saya saja sampai buat catatan kecil daftar nama anak yang sudah mendaftar di sekolah-sekolah favorit lengkap dengan nilai mereka masing-masing," kata Indah, ibu asal Kayu Manis, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (21/6).

Ibu dua orang anak ini menceritakan pengalamannya harus mendatangi tiga sampai lima sekolah untuk melihat peluang anaknya dapat sekolah di mana. "Sebelum ke sekolah saya baca dulu peraturan dan tata cara PPDB seperti apa, saya buka website dan mem-follow IG (Instagram) Disdik loh," kata Indah.

Baca Juga

Sejak pendaftaran PPDB tingkat Kota Bogor dibuka pada 17 Juni, Indah sudah sibuk menyeleksi sekolah-sekolah mana yang memungkinkan putranya diterima masuk SMA negeri. Selain jalur zonasi murni, Indah juga mempertimbangkan memilih jalur zonasi kombinasi, yakni perpaduan antara jarak rumah dan NEM siswa.

Berdasarkan peraturan, Dinas Pendidikan Jawa Barat memberlakukan tujuh jalur masuk PPDB. Jalur zonasi terbagi tiga, yakni zonasi murni, zonasi kombinasi (NEM), dan zonasi dengan KTM. Jalur berikutnya prestasi yang dibagi dua, yakni prestasi nonakademi dengan kuota 2,5 persen dan akademik 2,5 persen. Jalur keenam adalah perpindahan orang tua sebesar lima persen dan jalur inklusi.

Dari lima sekolah yang didatanginya, ada tiga sekolah yang menjadi target Indah mendaftarkan anaknya, yakni SMAN 5, SMAN 2 dan SMAN 10. "Kalau di SMAN 5 sekarang posisi nilainya paling tinggi 38,4, anak saya nilainya masih bisa masuk. Tapi jarak yang jadi masalah lumayan jauh," kata Indah.

Untuk mendaftar di sekolah favorit anaknya (SMAN 5) Indah tidak diuntungkan dengan jarak. Ia kemudian memilih SMAN 2 sebagai pilihan kedua dengan jalur zonasi kombinasi.

Setiap hari Indah memantau pergerakan nilai anak yang mendaftar masuk sekolah untuk mengetahui gradenya. Satu-satunya peluang besar masuk diterima SMA negeri adalah di SMAN 10 karena dari sisi jarak dekat tetapi nilai anaknya terlalu tinggi.

"Anak saya maunya masuk SMAN 5, tapi kalau nanti nilainya kegeser sama nilai yang lebih tinggi, ya pilihan kedua SMAN 2. Pilihan terakhir satu-satunya SMAN 10," katanya.

Yuli, ibu dari Perumahan Bukit Cimanggu, Kecamatan Bogor Utara mengatakan PPDB sistem zonasi ini menyulitkan bagi orang yang tidak paham peraturannya. Agar tidak salah informasi, orang tua harus mencari informasi dari sumber yang benar seperti panitia sekolah, akun Dinas Pendidikan dan website PPDB tersebut.

"Saya kalau malam mantengi kamputer lihat update siswa yang mendatar di websitenya PPDB, kita baca terus pergerakan angka siswa yang mendaftar," katanya.

Menurut Yuli, memantau informasi tersebut membantu orang tua menentukan pilihan sekolah mana yang akan dipilih setelah menimbang dan memperhitungkan peluangnya. "Anak saya berpeluang masuk ke SMAN 2 karena jaraknya dari rumah kami juga dekat cuma 1,5 Km. Nilai anak saya juga lumayan tinggi, 36 sekian, sementara nilai tertinggi di sini baru 37," katanya.

Dengan demikian, kata Yuli, jika dia mendaftarkan anaknya dengan jalur zonasi kombinasi, peluang untuk diterima masuk SMAN pilihannya yakni SMAN 2. "Saya baru akan mendaftarkan anak saya hari ini. Nanti pilihan sekolah lainnya ada di SMAN 5 dan 10," kata Yuli.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement