Kamis 20 Jun 2019 13:24 WIB

Mahasiswa UNS Inisiasi Program Komersialisasi Sampah

Mahasiswa UNS mengajak warga membangun bank sampah.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas PJLP di Bank Sampah Menteng Atas, Kecamatan Setiabudi, Jakarta  Selatan.
Foto: Teguh Firmansyah / Republika
Petugas PJLP di Bank Sampah Menteng Atas, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Lima mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menginisiasi program komersialisasi sampah di Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Solo. Inisiasi tersebut dirumuskan dalam proposal berjudul Kampung Sampah Program Komersialisasi Sampah Masyarakat di Sawah Karang, Jebres.

Lima mahasiswa tersebut yakni, Raden Roro Ilma Kusuma Wardani, Irfina Widya Istiqomah, Eka Nurmala Sari, Wiji Tuhu Utami dan Marfuah Shalihah. Proposal mereka lolos pendanaan program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) tahun 2019.

Baca Juga

Ketua tim penelitian, Ilma Kusuma, menjelaskan, latar belakang penelitian karena selama ini, tempat pembuangan sementara (TPS) menimbulkan konflik berupa polusi dan juga masalah kesehatan bagi masyarakat sekitarnya. Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solo, dari 75 TPS di Solo, kini hanya tersisa lima TPS karena 70 TPS yang lainnya telah ditutup.

Dengan adanya program Pemerintah Kota Solo yang akan memulai program pembangkit listrik tenaga sampah pada 2020 diharapkan masyarakat dapat memilah sampah agar sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) memiliki residu rendah.

"Sayangnya kesadaran masyarakat akan sampah ini masih sangat rendah, sementara pada kondisi yang lain keberadaan bank sampah yang sudah ada di masyarakat kekurangan pasokan sampah," kata Ilma seperti tertulis dalam siaran pers, Rabu (19/6).

Ilma dan timnya mengedukasi masyarakat untuk peduli sampah serta memberdayakan potensi bank sampah yang ada di lingkungan kampus. Saat ini di Kelurahan Jebres sebetulnya telah ada empat bank sampah yang terdapat di RW 23, RW 21, RW 19 dan RW 12. Beberapa bank sampah lainnya mati karena manajemen kurang baik. Selain itu juga dikarenakan partisipasi warga masyarakat dan mahasiswa di sekitar bank sampah masih minim. Padahal total sampah yang dihasilkan masyarakat Jebres setiap hari mencapai lebih dari 80 ton.

"Ini kan artinya ada potensi sampah, ada bank sampahnya namun dua potensi ini tidak terhubung," imbuhnya.

Program yang dilakukan Ilma dan tim terdiri atas empat program utama yaitu Raih Sampah (Raisa), Raih Minat (Raina), Raih Keterampilan (Raika) dan Saka Expo. Program Raih Sampah dilakukan dengan menjaring beberapa mitra strategis yang potensial menghasilkan sampah yaitu rumah tangga keluarga, rumah kos, asrama mahasiswa, pesantren, sekolah serta warung-warung di lingkungan Jebres.

Paling tidak, satu RW harus memiliki satu bank sampah. Kegiatan kampanye telah dilakukan tim kepada 130 mahasiswa UNS pada 15 Juni 2019, kepada 150 anggota PKK Kelurahan Jebres dan PKK RW 23 pada 16 Juni.

"Program ini merupakan bentuk rekayasa sosial yang perlu mendapat dukungan semua elemen masyarakat di Jebres," kata Eksa Rusdiyana selaku dosen pembimbing tim.

Kemudian program Raih Minat dilaksanakan dengan menggandeng Pegadaian untuk program menabung sampah menjadi emas. Program bank sampah juga akan dikembangkan ke arah menabung sampah untuk sembako, beli pulsa dengan sampah serta sedekah sampah.

Program Raih Ketrampilan dilakukan dengan memberikan pelatihan pengolahan sampah menjadi kreasi kreatif yang telah dilatihkan kepada warga RW 23 dengan mendatangkan komunitas Kresek. Melalui program Jebres Berkilau diharapkan bisa menjadi model dan proyek percontohan integrasi kampus dan masyarakat di seluruh Indonesia agar memiliki kepedulian terhadap sampah yang diwujudkan melalui eksistensi bank sampah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement