Ahad 26 May 2019 04:07 WIB

Berburu Malam Seribu Bulan

Malam seribu bulan seindah malam dengan seribu bola lampu, bahkan lebih indah

Berburu Malam Seribu Bulan
Foto: Daan Yahya/Republika
Berburu Malam Seribu Bulan

Malam seribu bulan. Membayangkannya sungguh indah bukan buatan. Langit malam dipenuhi bermacam purnama yang terang benderang. Bulatan-bulatan cahaya yang banyak jumlahnya di atas langit dipandangi dari bumi dengan pancaran cahaya keindahannya. Seindah malam dengan seribu bola lampu tanglung bahkan lebih indah lagi.

“Wah, malam seribu bulan, indah sekali! Langit akan dipenuhi bulan,” gumam Anwar dalam hati saat mendengarkan ceramah Ustaz Halim di sebuah mushala.

Tausiyah Ustaz Halim selanjutnya tak lagi disimak dengan baik oleh Anwar. Bocah berpeci putih, mengenakan baju koko yang juga berwarna putih dan sarung kotak-kotak berwarna cokelat itu masih juga membayangkan tentang malam seribu bulan pada malam bulan Ramadhan.

Namun, samar-samar ia masih mengingat perkataan penceramah yang tengah mendapat giliran kultum tiap Shalat Tarawih di mushala dekat rumahnya itu, bila malam seribu bulan yang dikenal dengan nama lalilatul qadar itu hanya akan terjadi pada malam-malam ganjil pada akhir bulan Ramadhan.

“Berarti besok malam adalah malam ke-21,” pikir Anwar yang tertarik untuk berburu malam seribu bulan. Memang setiap kali Ramadan datang, bocah itu belum pernah berburu lailatul qadar. Tahun ini ia bertekad untuk membidiknya.

Hari itu Anwar berpuasa dengan angan-angannya bertemu dengan malam kemuliaan itu. Di kamarnya seharian sudah ia tidur hanya untuk membekali diri agar mampu begadang sampai waktu Subuh.

Lantaran niatnya untuk tidur seharian, Anwar terlewat untuk shalat Zhuhur dan Ashar karena saat terbangun sudah waktu berbuka puasa. Itu pun karena ibunya mendapatkannya di kamar setelah terlebih dahulu sibuk mencari-cari dan bertanya ke sana kemari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement