Kamis 02 May 2019 18:48 WIB

Soal Ngaji Digital, Ini Saran Asma Nadia untuk Orang Tua

Asma Nadia meminta orang tua menyaring konten yang ideal untuk anak

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Hasanul Rizqa
Penulis Perempuan Asma Nadia  saat bertemu dengan pembaca saat Indonesia Islamic Book Fair (IIBF) 2018 di Balai Sidang Jakarta, Sabtu (21/4).
Foto: Republika/ Wihdan
Penulis Perempuan Asma Nadia saat bertemu dengan pembaca saat Indonesia Islamic Book Fair (IIBF) 2018 di Balai Sidang Jakarta, Sabtu (21/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada era kini, banyak pendakwah yang memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan ilmu. Dengan begitu, kaum Muslimin dapat kian mudah mengakses kajian ilmu-ilmu agama. Hal itu dibenarkan penulis novel-novel best seller, Asma Nadia.

Dia mengaku punya cara yang selektif dalam menyaring konten di media sosial, termasuk dalam hal dakwah digital. "Biasanya, saya lihat konsistensi ustaznya. Kalau saya melihat sekarang ini tiap ustaz ada spesialisasinya. Misalnya, untuk fikih itu bagusnya ada ustaz ini. Sirah Nabawiyah, bagusnya ustaz itu," tutur Asma Nadia saat ditemui Republika.co.id, beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Selain soal spesialisasi, Asma juga memandang penting konsistensi kajian yang diadakan tiap ustaz di media sosial. Pendiri Forum Lingkar Pena (FLP) ini mengaku juga sangat berhati-hati dalam memilih konten dakwah. Hal itu lantaran dia tidak ingin mempelajari Islam dari perspektif yang radikal.

“Hati-hati juga sama yang radikal. Arus positif itu tidak terbendung melalui medsos (media sosial). Begitu pun arus yang salah kaprah. Makanya, kalau orang tua melihat anaknya cenderung ke salah satu ustadz, harus menyempatkan diri untuk mendengarkan, apa yang ustadz itu sampaikan,” papar Asma.

Tiap orang tua mesti melihat terlebih dahulu konten apa saja yang didengarkan anak-anak melalui media sosial. Jika ada ajaran yang menyimpang, tentu harus dijelaskan kepada anak-anak. Hal itu supaya mereka tertarik mendengarkan pandangan dari ustaz/ustazah yang mengajarkan pemahaman Islam yang sesungguhnya, rahmatan lil 'alamin.

Misalnya, ajaklah anak-anak untuk mendengarkan penceramah yang memang diterima semua kalangan, serta berpengikut (follower) banyak. Kriteria ustadz yang diterima itu, lanjut Asma, antara lain berdakwah secara terang-terangan. Demikian pula, perlu menyimak pelbagai testimoni teman-teman. Itulah cara Asma selektif mendengarkan konten dakwah.

“Saya juga melihat apakah ustaz ini diterima semua kalangan atau tidak, kalau diterima, itu artinya dia tidak bawa sesuatu sembunyi-sembunyi. Dakwahnya terbuka. Yang jelas, bagi orang tua ini harus disyukuri (adanya media sosial), tapi harus diwaspadai juga jika ada brainwashing,” kata Asma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement