Selasa 30 Apr 2019 06:11 WIB

Yang Datang Malam Hari

Negeri ini sudah merdeka lebih dari 72 tahun tapi mengapa belum bebas dari kejahatan.

Yang datang malam hari
Foto: Republika/Rendra Purnama
Yang datang malam hari

Seorang penyair terburu-buru masuk ke dalam rumahnya ketika malam sudah berada di ujung paling sunyi. Ia langsung masuk kamar dan cepat sekali mendengkur. Namun, di antara sunyi itu, samar-samar didengarnya pintu rumahnya diketuk-ketuk. Keras sekali. Kasar. Entah oleh siapa.

Pelan-pelan ia membuka matanya. Namun, tubuhnya masih telentang di atas kasur. Di telinganya masih terngiang, ketukan di pintu itu terdengar jelas karena jarak kamar tidur dengan pintu rumahnya tidak begitu jauh.

Di antara sadar dan kantuk yang berat, penyair itu bertanya-tanya dalam hati siapa gerangan yang mengetuk-ngetuk pintu malam-malam begini? Diliriknya jam dinding di dalam kamarnya, waktu menunjukkan pukul dua malam. Di luar terdengar juga suara jangkrik begitu lirih dan kodok yang bersahutan di sawah-sawah.

“Siapa?” Penyair itu memberanikan bertanya.

“Aku!”

“Aku?” tanya penyair pada dirinya sendiri dengan suara yang sangat pelan.

Penyair itu meneruskan tidurnya dan tak peduli dengan ketukan pintunya itu. Ia kelelahan setelah melakukan perjalanan jauh dari luar provinsi. Di sana ia membacakan karya sastranya berupa puisi-puisi sufistik. Ia datang ke sana atas undangan organisasi massa Islam. Namun, baru beberapa detik saja memejamkan mata, pintu itu diketuk kembali. Kali ini terdengar lebih keras dan bahkan lebih kasar dari sebelumnya.

Alangkah kagetnya sang penyair. Seketika ia langsung bangun dan duduk di atas kasur dengan tubuh terpaku dan kepala agak pusing. Ia jengkel sekali karena tidak ada sopan-sopannya orang yang mengetuk pintu malam-malam.

“Siapa?” tanya penyair lagi.

“Aku! Buka pintunya! Cepat!”

Mendengar jawabannya yang tegas, lantang dan serak, tiba-tiba ketakutan menyeruak dalam hati penyair. Apalagi, akhir-akhir ini, ia pernah membaca di koran-koran banyak diberitakan peristiwa penganiayaan dan pembunuhan terhadap para kiai di daerah-daerah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement