Jumat 26 Apr 2019 19:19 WIB

37.662 Lulusan SMK di Bogor Butuh Banyak Lapangan Kerja

Ada sekitar 11 SMK Negeri dan 333 SMK Swasta.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Andi Nur Aminah
Pelajar SMK sedang merakit helikopter berbahan bakar bensin (ilustrasi)
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Pelajar SMK sedang merakit helikopter berbahan bakar bensin (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sudah sekitar satu bulan lamanya para siswa siswi SMK di seluruh Indonesia melaksanakan UNBK pada 25 Maret lalu. Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, di Kabupaten Bogor ada sekitar 11 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan 333 SMK Swasta.

Di tahun 2019 sendiri, Kabupaten Bogor menyumbang sekitar 37.662 siswa. Yang artinya, ada banyak lapangan pekerjaan yang dibutuhkan.

Baca Juga

Masalah pekerjaan tersebut menjadi perhatian banyak pelajar SMK yang memang difokuskan untuk mendapat pekerjaan. Namun, kenyataanya, data dari Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa lulusan SMK menjadi penyumbang terbesar pengangguran.

Popi (18) salah satu siswi SMK jurusan Keperawatan yang baru melaksanakan UNBK 25 hingga 29 Maret lalu, juga mengeluhkan sulitnya mencari pekerjaan dan bahkan kuliah. Pelajar dari SMK Kesehatan Anisa 3, Citereup, Kabupaten Bogor tersebut, mengatakan, lulusan SMK saat ini dirasa sulit dalam mencari pekerjaan. Oleh karena itu ia dan banyak pelajar lainnya di sekolah yang sama memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi (PT) Negeri atau Swasta dengan harapan mendapat pekerjaan yang mudah dan sesuai.

“Rencana lanjut kuliah, tapi enggak semua juga mau kuliah. Mereka ada yang mau kerja juga, ada yang sudah (kerja), ada juga yang masih susah nyari nya. Ya kebanyakan pada ngeluh susah juga,” ujarnya kepada Republika.co.id, Jumat (26/4).

Menurutnya, latar belakang pendidikan dari SMK masih sulit mendapatkan lapangan pekerjaan. Apalagi jika ijazah belum diterima juga. Ia menambahkan, kebanyakan dari kawan-kawannya yang masih menganggur hingga kini pun memutuskan untuk mencari tempat kuliah sembari menunggu ijazah ataupun panggilan pekerjaan. “Kalau kuliah pada nyari yang lintas jurusan, sudah mumet juga sih,” kata dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement