Rabu 10 Apr 2019 12:21 WIB

Krisis Moral Remaja, Tanggung Jawab Siapa?

Krisis moral remaja terlihat dari data Unicef dan PSKK UGM

Stop seks bebas.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Stop seks bebas.

Bukan suatu hal yang asing lagi saat ini banyak anak muda yang mengalami krisis moral. Data Unicef tahun 2016 lalu menunjukkan bahwa kekerasan kepada sesama remaja di Indonesia diperkirakan mencapai 50 persen.

Tak berhenti di situ, kekerasan remaja pada orang tua dan guru juga tampak ramai akhir-akhir ini. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, seorang murid berani menantang, bahkan memukul gurunya.

Baca Juga

Selain kekerasan, perilaku menyimpang dari pemuda saat ini juga mengarah ke dalam seks bebas. Menurut Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM, tingkat kenakalan remaja yang hamil dan melakukan upaya aborsi mencapai 58 persen. Tak hanya itu, berbagai penyimpangan remaja, seperti narkoba, miras, dan berbagai hal lainnya juga memperburuk moral generasi muda kita.

Menyikapi berbagai potret buram perilaku-perilaku menyimpang para remaja tersebut, tebersit pertanyaaan "Siapa yang harus bertanggung jawab?" Ini harus menjadi fokus semua pihak. Baik itu orang tua, guru, maupun negara. Karena mereka yang berperan dalam proses pendidikan remaja.

Orang tua berkewajiban memberikan pengajaran tentang kepribadian sejak dini. Menanamkan nilai-nilai Islam adalah yang utama bagi mereka, sehingga mereka dapat tumbuh berkembang dengan kepribadian yang baik. Guru atau pihak sekolah juga berkewajiban memberikan pengajaran karakter kepada remaja. Seorang guru juga harus memberikan keteladanan yang baik untuk siswa-siswi remajanya.

Selain dua pihak tersebut, negara wajib menyelenggarakan pendidikan yang berbasis agama (Islami). Tidak memisahkan agama dari pendidikan, mendukung para remaja dalam pengembangan bakat atau kemampuan. Serta mendorong mereka dalam mengkaji Islam. Seperangkat dengan negara, aturan dan hukum yang berlaku harus mampu memberikan pencegahan dan sanksi bagi remaja yang menyimpang jauh dari asusila, seperti seks bebas, aborsi, narkoba dan lainnya.

Sudah saatnya kesadaran tumbuh pada semua pihak, karena jika krisis moral remaja terus berlanjut, bagaimana dengan nasib masa depan bangsa? Generasi muda harus mampu menjadi "Agent of Change", berkontribusi besar dalam perubahan bangsa dan menjadi tonggak peradaban.

Banyak hal yang harus dilakukan remaja atau para generasi muda, yaitu dengan memperbaiki dan memperkuat keimanan, mengkaji Islam dengan keseluruhan, dan berperan dalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, salah satunya adalah dengan dakwah Islam dalam rangka mewujudkan Islam yang rahmatan lil 'alamin.

Jika para generasi muda disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat maka bukan suatu hal yang mustahil, kemajuan peradaban akan terealisasi.

Pengirim: Yuli Saputri, Pelajar asal Wonogiri

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement