Rabu 27 Mar 2019 23:32 WIB

64 Rektor Kampus se-Dunia Deklarasikan Tingkatkan Pendidikan

Deklarasi untuk menjunjung tinggi status manusia di era revolusi digital 4.0

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir memberikan sambutan sekaligus
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir memberikan sambutan sekaligus

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sebanyak 64 rektor kampus se-dunia mendeklarasikan diri di Kota Malang untuk meningkatkan pendidikan tinggi. Deklarasi pimpinan kampus dari 14 negara ini sekaligus bagian dari kegiatan Global Summit of University Leader (GSUL) 2019, di Universitas Islam Malang (Unisma), Rabu (27/3).

Rektor Unisma, Profesor Masykuri menjelaskan, deklarasi kampus se-dunia ini sebenarnya bagian dari kerjasama. Mereka ingin belajar dan kerjasama dengan Perguruan-perguruan Tinggi (PT) yang lebih baik. Kemudian ditindaklanjuti dengan menyatakan komitmen bersama.

"Ini deklarasi untuk menjunjung tinggi status manusia di era revolusi digital 4.0," kata Masykuri kepada wartawan di Unisma, Malang, Rabu (27/3).

Selain untuk meningkatkan pendidikan tinggi, deklarasi juga berisi hal lainnya. Beberapa di antaranya seperti memelihara dan mengembangkan kemanusiaan. Kemudian juga menciptakan suasana masyarakat yang harmonis dan damai.

Di kesempatan serupa, Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Profesor Mohammad Nasir, mengaku, sangat menyambut baik deklarasi yang menjunjung tinggi masalah kemanusiaan. Terlebih komitmen bersama ini juga menekankan pada masalah revolusi industri 4.0.

"Kementerian akan sangat baik dalam menghadapi revolusi di mana yang harus dihadapkan ada tiga masalah yang harus diketahui," kata Nasir.

Adapun hal yang perlu dikembangkan, yakni masalah lietrasi pada data, teknologi dan manusia. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan harus berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Menurut Nasir, hal-hal yang berkenaan dengan masalah kebangsaan memang harus dimunculkan.

Di sisi lain, masalah kebangsaan juga harus melihat aspek etika yang di dalamnya terdapat nilai kejujuran. Dalam hal ini, pihaknya juga menekankan agar para peneliti dan dosen memiliki nilai tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan mengajarinya kepada para mahasiswa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement