Senin 25 Mar 2019 14:42 WIB

Bandung Lautan Api; Saat Tanah Pasundan Bergelora

Sebanyak 200 ribu warga Bandung membakar rumah dan bangunan agar kota itu.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Karta Raharja Ucu
Peristiwa Bandung Lautan Api, rumah dan gedung di Kota Bandung dibakar rakyat
Foto:
Peristiwa Bandung Lautan Api, warga dan tentara mengungsi keluar kota Bandung

Sejarawan Universitas Padjajaran Profesor Nina Lubis dalam buku Sejarah Bandung menulis, pembumihangusan itu adalah strategi menggagalkan keinginan sekutu menguasai Bandung. Tentara dan masyarakat Bandung tidak menyerah kepada sekutu. Sebab, saat bersamaan PM Syahrir masih melakukan diplomasi dengan Netherlands Indies Civil Administration (NICA).

Sebelumnya, Nasution menerima telegram dari Jenderal Sudirman yang menginstruksikan untuk mempertahankan Bandung sampai titik darah penghabisan. Karena itu, perundingan bersama memutuskan agar rakyat dan tentara meninggalkan Bandung, tetapi terlebih dahulu membumihanguskan daerah tersebut.

Dilansir di laman Pemkot Bandung, peristiwa Bandung Lautan Api membuat sekitar 100 ribu (sumber lain mengatakan 200 ribu hingga 300 ribu) orang mengosongkan daerah itu. Mereka mengungsi ke Bandung selatan, seperti Ciparay, Majalaya, Banjaran, dan Soreang; Bandung barat ke Cililin, Gunung Halu; dan Bandung timur ke Rancaekek, Cicalengka, dan Sumedang.

Nina Lubis menuliskan, pembakaran Bandung dilakukan sejak pukul 20.00 WIB, seperti di Ciroyom, Tegallega Utara, Cikudapateuh, Cicadas, sepanjang Jalan Otto Iskandardinata, Jalan Asia Afrika, Cibadak, Kopo, dan Babakan Ciamis. Itulah peristiwa yang dikenal sebagai Bandung Lautan Api.

Nina mengatakan peristiwa Bandung Lautan Api berdampak pada tingkat nasional, khususnya aktivitas NICA dan TRI. Apalagi dengan adanya peledakan gudang mesiu oleh Mohamad Toha sekitar empat bulan kemudian. Toha membakar gudang berisi 1.100 ton mesiu dan senjata, sehingga menimbulkan ledakan dahsyat.

Padahal, amunisi itu merupakan persediaan NICA untuk operasi di wilayah Priangan. NICA tak memiliki persediaan amunisi lagi. Tentu saja, hal itu menguntungkan perjuangan Indonesia.

Nina juga menuliskan, sebenarnya Jenderal Sudirman menginstruksikan Nasution melancarkan Serangan Umum pada awal Juli 1946. Sudirman menganggap pertahanan Jawa Barat bukanlah pertahanan lokal/daerah daja. Sebab, apabila Jawa Barat jatuh, maka keselamatan Indonesia terancam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement