Selasa 12 Mar 2019 20:20 WIB

Perlu Kajian Sebelum Masukkan E-Sport ke Kurikulum

Praktisi mempertanyakan apakah e-sport sudah perlu jadi prioritas.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Indira Rezkisari
Najeela Shihab
Foto: MGROL 111
Najeela Shihab

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog dan praktisi pendidikan, Najeela Shihab menanggapi wacana dimasukannya e-sport ke kurikulum sekolah. Menurut dia, saat ini masih banyak yang harus diprioritaskan daripada memasukkan e-sport ke dalam kurikulum sekolah.

"Jangankan e-sport, membaca, literasi saja masih masalah di pendidikan kita. Jadi di tengah pendidikan yang masih banyak masalah itu, apakah e-sport itu prioritas?" kata Najeela kepada Republika, Selasa (12/3).

Baca Juga

Selain itu, pelajaran olah raga secara umum juga masih perlu dipertanyakan apakah implementasinya sudah sesuai dengan tujuan kurikulum yang ada sekarang. "Apakah memang hidup yang sehat, kebiasaan berolahraga sudah membudaya dalam masyarakat atau belum?" kata dia lagi.

Sebetulnya, kata dia, memasukkan teknologi ke dalam belajar mengajar adalah hal yang baik. Saat ini pun telah banyak pengajaran menggunakan teknologi seperti e-book ataupun hasil karya siswa berupa e-portofolio.

Ia mengatakan, paparan teknologi adalah hal yang baik untuk pengembangan kurikulum. Di dalam belajar mengajar, para guru juga tidak bisa melupakan perkembangan teknologi dan dunia digital,

Namun memasukkan e-sport ke dalam kurikulum tidak boleh dilakukan secara gegabah. Kajian mengenai berbagai hal terkait perlu dilakukan secara mendalam apabila pemerintah ingin memasukan e-sport ke dalam kurikulum sekolah.

"Tapi kalau bicara soal proses belajar-mengajar, porsinya seberapa dibandingkan dengan yang bukan e-sport? Lalu, pada usia berapakah itu diperkenalkan? Apakah SD atau untuk siswa menengah? Apakah menjadi mata pelajaran atau pada anak-anak tertentu yang kebetulan punya minat? Itu harus diperhitungkan," kata Najeela.

Apabila menjadi sebuah mata pelajaran, dari segi guru pun harus dibahas lebih lanjut. Apakah sudah siap pengajarnya, dan bagaimana proses penilaian untuk memastikan kurikulum itu terimplementasi dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement