Kamis 24 Jan 2019 19:34 WIB

Buku Bacaan Ramah Anak di Sekolah Masih Minim

Hanya 9 persen sekolah yang memiliki inisiatif untuk menyediakan buku-buku bacaan

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Anak baca buku/ilustrasi
Foto: telegraph.co.uk
Anak baca buku/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Penyediaan buku-buku bacaan berkualitas di sekolah menjadi faktor penting untuk mendorong minat dan kemampuan membaca siswa. Sayangnya, berdasar pada pendataan yang dilakukan di 28 persen sampel sekolah dan madrasah mitra Program PINTAR Tanoto Foundation, hanya 9 persen sekolah yang memiliki inisiatif untuk menyediakan buku-buku bacaan nonbuku paket yang ramah anak.

Hal itulah yang mendorong Tanoto Foundation menggandeng Room to Read untuk memberikan hibah buku-buku bacaan yang ramah anak. Untuk tahap pertama, Tanoto Foundation dan Room to Read sudah menghibahkan 17.880 buku bacaan ini untuk 298 SD dan MI mitra yang tersebar di lima provinsi, yaitu Sumatera Utara, Jambi, Riau, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur. 

Direktur Program PINTAR Tanoto Foundation, Stuart Weston mengatakan, hibah buku ini juga untuk memantik pengelola sekolah menciptakan ragam kegiatan untuk mendorong minat membaca siswa. Program budaya baca dapat berhasil bila ada buku yang meningkatkan minat membaca siswa.

“Lebih dari 4.100 kepala sekolah, guru, pengawas, dan komite sekolah sudah kami latih untuk berinisiasi mengembangkan ragam program budaya baca. Mereka juga difasilitasi agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan memahami isi buku,” kata Stuart melalui pesan tertulis kepada Republika, Kamis (24/1).

Dia menjelaskan, yang terpenting para pengelola sekolah perlu bekerja sama memikirkan penyediaan buku-buku bacaan secara berkelanjutan. Buku-buku tersebut juga harus mudah diakses oleh siswa sehingga dapat membangkitkan ketertarikan mereka untuk membaca.

Pada tahun 2019 ini, Tanoto Foundation menargetkan lebih dari 160 ribu buku bacaan yang ramah anak akan dihibahkan ke 440 sekolah dan madrasah mitra Program PINTAR.

Sementara itu, pendiri Sekolah Tara Salvia, Angie Anggari menyebutkan, penyediaan buku bacaan anak yang ramah anak menjadi kunci keberhasilan sekolah dalam menumbuhkan minat membaca anak. Kalau di sekolah tidak ada buku-buku bacaan yang bisa menarik minat membaca maka dapat dipastikan sekolah akan gagal membuat mereka senang membaca.

“Kebiasaan membaca akan berkembang menjadi budaya membaca jika didukung oleh berbagai faktor, seperti ketersediaan buku bacaan, kondisi siswa, lingkungan belajar, dan juga dukungan orang tua,” ungkap dia.

Menurut Angie, membaca memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Anak-anak dengan keterampilan membaca yang baik, biasanya memiliki pencapaian akademik yang baik pula.

Pada era industri 4.0, kebiasaan membaca memiliki peran penting dalam menjamin keberlangsungan belajar seumur hidup secara mandiri.

Kebiasaan membaca seseorang membuat dia bisa terus belajar di mana saja dan kapan saja.

“Kebiasaan membaca juga merupakan sarana untuk mengembangkan kemampuan mencari, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi pada diri siswa sejak dini," kata Angie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement