Selasa 15 Jan 2019 11:27 WIB

Mobil Kaca UMM Kenalkan Asyiknya Bermain Rangku Alu

Kegiatan literasi tidak hanya berhenti pada membaca buku.

Rep: Wilda Fizriyani / Red: Agus Yulianto
Mobil KaCa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengunjungi SD di Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang.
Foto: Istimewa
Mobil KaCa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengunjungi SD di Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil mengenalkan betapa asyiknya bermain permainan tradisional, rangku alu. Kegiatan yang dilaksanakan melalui program Mobil Kamis Membaca (KaCa) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Car Free Day Jalan Ijen, Ahad (13/1).

“Ini kali pertama Mobil KaCa mengaspal di car free day (CFD). Lain dari biasanya, di 2019 ini, kami ingin berbagi kepada masyarakat yang lebih luas. Mobil pintar ini memberikan alternatif bacaan yang mudah dengan pilihan yang banyak. Masyarakat bisa bebas memilih buku yang disenangi,” ujar Koordinator Mobil KaCA, Maharina Novia Zahro melalui keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Ahad (13/1).

Menurut Maharina, mobil KaCa UMM akan menjangkau ke tempat yang lebih luas lagi di 2019. Jika biasanya mengunjungi sekolah dan tempat tertentu yang tersegmentasi, kali ini akan menjangkau semua usia dan kalangan. Mobil akan menyapa korban bencana di Lombok, Kampung Pank, Kelompok Tani, perkumpulan ibu-ibu dan daerah bekas prostitusi.

Di kegiatan pertama di 2019 ini, kehadiran mobil KaCa UMM langsung menjadi serbuan pengunjung di sekitar CFD. Ada sekitar 456 koleksi buku yang terdiri dari ensiklopedi, cerita, novel dan literasi lainnya. Di belakang mobil juga dilengkapi LED monitor yang dapat menampilkan film-film edukatif.

Tidak hanya membaca dan menonton saja, pengunjung yang hadir juga dapat belajar mengenali berbagai macam permainan tradisional. Sebagai upaya melestarikan kebudayaan tradisional, mobil KaCA mengajak pengunjung untuk ikut serta bermain, Rangku Alu atau tarian tongkat. 

Permainan asal Manggarai, Nusa Tenggara Timur ini dimainkan oleh dua tim. Tim pertama berisi empat orang yang berjaga menggerak-gerakkan bambu. Mereka duduk membentuk bidang persegi dan memegang dua bambu. Sementara tim lain menjadi pemain yang mendapat giliran menghindari jepitan bambu.

Sejumlah pengunjung terlihat sangat antusias memainkan Rangku Alu. Tidak hanya anak-anak yang meminkan, remaja hingga dewasa juga ikut bermain bersama. Dengan lincah, pemain masuk dalam bidang persegi dan melompat-lompat sesuai ayunan dan irama ketukan bambu. 

“Kita mesti pahami bersama, bahwa kegiatan literasi tidak hanya berhenti pada membaca buku. Kegiatan literasi banyak macamnya. Rangku Alu, kami kenalkan ke kemasyarakat untuk mengembalikan kejayaan permainan tradisional sebagai media penguatan interaksi sosial antar masyarakat. Anak-anak juga menjadi tidak melulu disibukkan dengan gadgetnya,” ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement