Senin 07 Jan 2019 17:39 WIB

Menag Lantik Rektor UIN Perempuan Pertama dalam Sejarah

PTKIN diminta menyebarkan paham moderat dan berdiri sebagai pusat pendidikan Islam.

Rep: Novita Intan/ Red: Nashih Nashrullah
Menag Lukman Hakim Saifuddin melantik tiga rektor PTKIN, Senin (7/1).
Foto: dok istimewa
Menag Lukman Hakim Saifuddin melantik tiga rektor PTKIN, Senin (7/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melantik tiga pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN),  Senin (07/01). Ketiga pimpinan PTKIN yang dilantik yaitu Amany Burhanuddin Umar Lubis, sebagai Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Sumanta sebagai Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nur Jati Cirebon, dan Inayatillah sebagai Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Tengku Dirundeng Meulaboh.

Prof Amany Burhanuddin Umar Lubis merupakan rektor perempuan pertama yang memimpin PTKIN dalam sejarah UIN. Hadir sebagai saksi, Sekretaris Jenderal Kemenag M Nur Kholis Setiawan dan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin. 

Dalam kesempatan tersebut, Menag Lukman menyampaikan lima pesan bagi pimpinan PTKIN. Pertama, Menag berharap agar  para pimpinan PTKIN menjaga tradisi akhlak Islami dan intelektual yang terus berkembang di kampus-kampus PTKIN.  

“Karena kita PTKIN, maka sebebas apapun intelektualitas kita berkembang, sebebas apapun kita menggali ilmu pengetahuan, saya ingin seluruhnya harus bertumpu pada akhlak,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (7/1).

Tidak hanya bertumpu, kata dia, tapi juga setiap pengembangan intelektual yang dilakukan PTKIN harus berorientasi pada terwujudnya masyarakat yang berakhlak baik.  

“Dan tentu itu tetap dengan menjaga kehidupan intelektualitas kampus sebagaiamana lazimnya perguruan tinggi,” kata Menag. 

Kedua, terkait dengan moderasi beragama Menag menginginkan PTKIN menjadi kampus-kampus terdepan dan berkelas dunia. Untuk itu menurut Menag ada dua hal yang harus dilakukan PTKIN agar menjadi world class university. 

Langkah pertama, civitas PTKIN harus akrab dengan persoalan aktual yang ada di masyarakat. Karena menurutnya, perguruan tinggi bukanlah menara gading. 

“Saya minta PTKIN harus lebih proaktif untuk speak out, speak up merespons persoalan masyarakat,” kata dia. 

Khususnya, kata dia, dalam masalah agama dan persoalan kemasyarakatan pada umumnya dan dalam merespons permasalahan itu tetaplah bertumpu pada moderasi beragama.

Moderasi beragama  menurut Menag perlu dilakukan,  karena saat ini masyarakat dihadapkan pada tarikan paham-paham keagamaan yang sangat konservatif sehingga seolah tercerabut dari realitas kekinian. 

“Di sisi ekstrem yang lain juga berkembang paham liberal, yang juga sesungguhnya tercerabut dari realitas kehidupan keagaamaan dan keIndonesiaan kita,” imbuh Menag. 

Ketiga, Menag berpesan para pimpinan PTKIN selain berorientasi pada kuantitas  juga harus lebih menitikberatkan pada kualitas.  “Kualitas lebih diutamakan dalam banyak hal. Agar PTKIN memiliki kekhasannya, di mana saudara menjadi pimpinannya,” kata Menag.

Keempat, Menag minta pimpinan UIN Syarif Hidayatullah, IAIN Syekh Nur Jati Cirebon, dan STAIN Meulaboh untuk memfokuskan diri pada tata kelola kelembagaan. “Benahi tata kelola kelembagaan, khususnya manajemen organisasi dan manajemen keuangan,” tutur dia. 

Kelima, Menag meminta pimpinan PTKIN untuk menjaga kebersamaan di lingkungan kampus yang dipimpinnya. Suasana kebersamaan yang dibangun diharapkan Menag dapat menjadikan visi misi PTKIN dapat lebih mudah terwujud.  

“Kepemimpinan saudara diharapkan dapat mengayomi semua entitas yang ada dalam perguruan tinggi yang saudara pimpin,” pesan Menag. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement