REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Seorang mantan pelayan kebersihan dan bekas teknisi listrik hotel akan saling berhadapan ketika Maroko menantang Portugal dalam pertandingan Grup B Piala Dunia di Stadion Luzhniki, Moskow, Rabu (20/6) malam WIB. Pelatih Maroko, Herve Renard, dan arsitek Portugal, Fernando Santos, pernah menjalani suatu profesi berbeda pada masa lalunya sebelum terkenal sebagai juru taktik.
Renard, yang timnya dikalahkan Iran 0-1 pada pertandingan pembuka, mengalami sisi pahit sepak bola sebelum melakoni peran sebagai pelatih Zambia, 10 tahun lalu. Pada usia 15 tahun, ia menjalani uji coba di klub Prancis, Cannes. Harapannya sangat besar untuk menjadi pesepak bola profesional papan atas sebelum menyadari kenyataan pahit.
"Saat saya dihadapkan oleh pemain top, saya menyadari bahwa saya tidak sebaik itu," ujarnya.
Setelah berakhir sebagai apa yang ia gambarkan dengan rata-rata pemain lapis ketiga, Renard mendirikan bisnis kebersihan. Renard bertugas mengumpulkan sampah pada tengah malam.
"Saya sering mengingat tahun-tahun ketika saya bangun jam tiga pagi untuk pergi dan membersihkan ruangan. Pengalaman ini membantu menjaga semua ini dalam perspektif," katanya.
Menolak menyerah sepenuhnya pada sepak bola, ia mulai melatih tim amatir. Jalannya terbuka ketika rekan senegaranya yang melatih tim sepak bola dengan skala lebih besar, Claude Le Roy, melihat Renard dan mengundangnya untuk dijadikan asistennya. Sejak itu, karier Renard melesat.
Selalu mengenakan kemeja putih keberuntungan, Renard mengantarkan Zambia meraih gelar juara Piala Afrika untuk pertama kalinya pada 2012. Ia mengulangi prestasi itu bersama Pantai Gading tiga tahun kemudian, sebelum membawa Maroko ke Piala Dunia pertama mereka selama 20 tahun terakhir.
Ikuti info menarik seputar Piala Dunia 2018 di: Instagram @Republikbola37, Twitter @Republikbola37 dan Facebook @Republikbola37
Ikuti Whatsapp Channel Republika
