Selasa 10 Jul 2018 21:26 WIB

Goycochea, Ritual Unik, dan Kemenangan Adu Penalti Argentina

Argentina tampil di final Piala Dunia 1990 seusai memenangi dua adu penalti.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Israr Itah
Sergio Goycochea, mantan kiper Argentina yang menjadi bintang pada Piala Dunia 1990.
Foto: EPA/ALEX CRUZ
Sergio Goycochea, mantan kiper Argentina yang menjadi bintang pada Piala Dunia 1990.

REPUBLIKA.CO.ID, Kroasia menjadi buah bibir usai memastikan langkah ke semifinal Piala Dunia 2018. Aksi Luka Modric dkk mengingatkan pecinta sepak bola pada Argentina di Piala Dunia 1990 Italia. Bila Kroasia harus melewati babak adu penalti untuk mencapai semifinal, Argentina tampil di final Piala Dunia 1990 seusai memenangi dua adu penalti.

Argentina dinaungi keberuntungan ketika mampu lolos sampai ke babak final Piala Dunia 1990 di Italia. Saat itu, Argentina lolos dari fase grup sebagai peringkat tiga terbaik. Penampilan Diego Armando Maradona dan kawan-kawan ketika itu tidak meyakinkan. 

Meski begitu, pada fase knock-out La Albiceleste dinaungi Dewi Fortuna. Pada babak perempat final, Tim Tango bertemu Yusgoslavia dan menang lewat drama adu penalti. Skor pada waktu normal plus dua kali masa pepanjangan bertahan di angka 0-0. Pada adu penalti, kiper Argentina, Sergio Goycochea, menahan tiga sepakan pemain Yugoslavia. Argentina lolos ke semifinal dengan skor 3-2. 

Dewi Fortuna lewat babak tos-tosan pun terus mengikuti Tim Tango di empat besar. Pada partai semifinal melawan tuan rumah Italia. Permainan imbang 1-1 sampai waktu perpanjangan selesai. Lagi-lagi, Goycochea menjadi pahlawan. Ia mementahkan dua tembakan pemain Gli Azzurri di Stadion San Paolo. Argentina ke final dengan kemenangan 4-3. 

Goycochea sebenarnya bukanlah kiper utama Tim Tango. Ia mendapatkan kesempatan setelah kiper utama Nery Pumpido cedera pada laga kedua grup melawan Uni Soviet. Cedera Pumpido ternyata menjadi berkah terselubung bagi Argentina.

Goycochea punya ritual tersendiri sebelum menghadapi drama adu penalti. Pria yang juga punya profesi sebagai model itu buang air kecil lebih dahulu di sekitar rumput gawang. Ritual Goycochea ini bahkan terekam oleh kamera. 

Sayangnya faktor keberuntungan itu tak lagi hadir di partai puncak. Tendangan penalti yang dieksekusi Andreas Brehme di menit 85 tak dapat diselamatkan Goycochea. Penalti kontroversial itu hadir setelah adanya aksi diving Juergen Klinsmann yang berhasil mengelabui wasit. Jerman berhasil mengangkat trofi Piala Dunia ketiga mereka di Italia. Argentina pulang dengan tangan hampa. 

Bila Argentina di 1990 punya Goycochea, Kroasia punya palang di bawah mistar bernama Danijel Subasic. Kiper AS Monaco itu menggagalkan tiga penalti Denmark pada laga 16 besar. Ia menutupi kegagalan dua eksekutor Kroasia yang juga tak mampu melaksanakan tugas dengan baik. 

Lawan Kroasia di perempat final adalah tuan rumah Rusia. Tim yang juga lolos ke delapan besar dengan kemenangan adu penalti melawan Spanyol. Pertandingan Kroasia dengan Beruang Merah berlangsung seru dan diakui sangat menarik oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Aksi saling balas terjadi selama 120 menit dan skor imbang 2-2. 

Saat adu penalti, Subasic kembali sakti mementahkan dua sepakan algojo tuan rumah. Ia lagi-lagi membuat kegagalan Mateo Kovacic sebagai penendang kedua Kroasia jadi tidak masalah. Kroasia menang 4-3 dan melaju ke semifinal untuk menantang Inggris. 

Laman olahraga ternama Spanyol, Marca memuji Subasic seperti Goycochea yang menjadi kartu as saat Kroasia harus adu penalti. 

"Danijel Subasic telah menjadi Goycochea. Sama-sama impresif dengan tubuhnya yang besar menutupi gawang," tulis Marca, dikutip Rabu (10/7).

Lawan yang akan dihadapi Kroasia di semifinal adalah Inggris. Pertandingan akan digelar pada Jumat (12/7) dini hari WIB di Stadion LUzhniki, Kota Moskow. 

Pertanyaan muncul apakah Kroasia bisa lebih beruntung ketimbang Argentina yang gagal juara setelah lolos adu penalti dua kali pada laga knock-out Piala Dunia 1990? 

Inggris kita ketahui juga pernah sekali lolos lewat adu tendangan 12 pas yakni pada babak 16 besar melawan Kolombia. Andalan Inggris di bawah mistar adalah kiper muda 24 tahun Jordan Pickford. Kiper Everton itu menggagalkan penalti Mateus Uribe dan Carlos Bacca. Inggris menang penalti 4-3. Pada fase berikutnya untuk perebutan tiket semifinal, Inggris menang lewat waktu normal 2-0 atas Swedia. Tak menutup kemungkinan, laga Kroasia vs Inggris harus ditentukan lewat adu penalti. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement