Sabtu 10 Nov 2018 09:21 WIB

Hotel Yamato, Titik Awal Mendidihnya Darah Rakyat Surabaya

Arek Suroboyo merobek bendera Belanda di pucuk Hotel Yamato

Para pemuda di Surabaya menyerbu Hotel Yamato tempat Belanda mengibarkan benderanya
Foto:
Jembatan Merah.

'Merahnya' Jembatan Merah

Mungkin itu yang menjadi alasan mengapa jembatan ini dinamai demikian. Pertempuran terbuka di Surabaya, konon terjadi paling besar di Jalan Tunjungan lama hingga ke Jembatan Merah. Jembatan Merah, juga menjadi saksi tewasnya pimpinan tentara sekutu, Brigadir A.W.S Mallaby sebelum terjadi perang besar pada 10 November.

Jembatan Merah tepatnya berada di Surabaya Utara. Lokasi ini yang dalam pemetaan wilayah memang dianggap sebagai kota tuanya Surabaya. Jalan utama di jembatan ini menghubungkan dengan dengan Kya-Kya, kawasan pecinan kota lama Surabaya.

Kya-Kya yang dalam arti bahasa jalan-jalan, memang dahulunya kawasan pecinan yang dibangun Belanda sejak abad ke-18. Tepat di sisi utara Jembatan Merah, terdapat Jembatan Merah Plaza dan monumen Jembatan Merah dengan bentuk seperti kobaran api berwarna merah.

photo
Kawasan Pecinan di masa Hindia Belanda

Tempat ini sebenarnya memiliki nilai historis yang paling tinggi dalam sejarah perlawanan arek-arek Suroboyo. Hanya saja, di sekitar jembatan tak ada penanda jelas bahwa lokasi ini pernah mengalami sebuah peristiwa besar.

Pertempuran hebat di sini terjadi mengingat di sebelah barat Jembatan Merah berdiri gedung Internatio, yang pada saat kehadiran sekutu bangunan ini dijadikan markas besar para infanterinya. Bangunan bertingkat dengan panjang 70 meter dari utara ke selatan itu menjadi saksi beberapa peristiwa penting di Surabaya.

Salah satu yang tidak bisa dilupa adalah peristiwa pada 28 sampai 30 Oktober 1945. Tiga hari itulah saat gedung ini dikepung ribuan pemuda Surabaya yang berakhir pada tewasnya Brigjen Mallaby.

Meski simpang siur apakah Mallaby tewas ditembak atau dibunuh oleh pasukannya sendiri yang merasa ketakuta. Namun peristiwa itu adalah alasan utama mengapa Surabaya dibombardir 30 ribu tentara sekutu pada 10 November kemudian.

Eks Penjara Kalisosok

photo
eks Penjara Kalisosok.

Dibangun pada 1 September 1808, konon dengan memakan biaya 8.000 Gulden dari pemerintah Belanda. Artinya, tempat para tahanan para pejuang ini dibangun pada era Daendels menjadi Gubernur Hindia Belanda.

Lokasinya tak jauh berada di timur Jembatan Merah. Seperti fungsi penjara sebagaimana mestinya, di sinilah kolonial menghukum para pemberontak. Tercatat, banyak tokoh perjuangan yang dipenjarakan disini. Di antaranya tokoh Muhammadiyah Kiai Haji Mas Mansur, WR Supratman, hingga guru besar pendiri Sarekat Islam, HOS Tjokroaminoto.

Saat ini, luas bangunan 3,5 hektar itu tidak terawat karena memang sudah tak jelas fungsinya. Satu-satunya bagian yang paling terawat adalah dinding luar eks-penjara di bagian belakang.

Ruas-ruas dinding belakang kini dicat dan digambar oleh para seniman kota. Banyak yang menyebut, karena tempat penyiksaan hingga banyak tahanan yang tewas di sini, eks Penjara Kalisosok kini menjadi angker bagi warga sekitar.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement