Selasa 09 Oct 2018 21:37 WIB

DPD: Kesejahteraan Lansia Kurang Diperhatikan

Permasalahan itu perlu jadi perhatian dengan meningkatnya harapan hidup lansia.

Ketua Komite III DPD RI Dedi Iskandar Batubara saat RDPU membahas ‘Permasalahan Kesejahteraan Lanjut Usia’ di Gedung DPD RI, Jakarta, Selasa (9/10).
Foto: DPD
Ketua Komite III DPD RI Dedi Iskandar Batubara saat RDPU membahas ‘Permasalahan Kesejahteraan Lanjut Usia’ di Gedung DPD RI, Jakarta, Selasa (9/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI menilai pemerintah kurang memberikan perhatian kepada kesejahteraan lanjut usia (lansia). Padahal harap hidup lansia saat ini telah meningkat, namun sisi lain berbanding terbalik dengan masalah kesehatan dan sosial.

"Kesejahteran lansia kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah baik kesehatan maupun sosial. Permasalahan itu perlu menjadi perhatian bersama dengan meningkatnya harapan hidup lansia,” ucap Ketua Komite III DPD RI Dedi Iskandar Batubara saat RDPU membahas ‘Permasalahan Kesejahteraan Lanjut Usia’ di Gedung DPD RI, Jakarta, Selasa (9/10), seperti dalam siaran persnya.

Dirinya menambahkan untuk sektor kesehatan, seharusnya untuk lansia tidak hanya mengatasi penyakit. Melainkan memberikan semangat hidup atau dukung moril sehingga masyarakat bisa memberikan kesempatan dan ruang bagi mereka.

“Tentunya dengan adanya dorongan moril akan membantu memberikan semangat bagi lansia,” kata senator asal Sumatera Utara itu.

Dikesempatan yang sama, Anggota Komite III DPD RI Ahmad Sadeli Karim menilai saat ini pelajaran budi pekerti di sekolah sudah tidak ada lagi. Menurutnya, hal tersebut mengakibatkan kurang perhatiannya kepada orang tua dan para lansia.

“Pelajaran budi pekerti merupakan  basic bagi generasi muda. Maka saat ini kebanyakan anak-anak sekarang tidak peduli dengan orang tua,” papar dia.

Ahmad Sadeli juga meminta kepada pemerintah agar pelajaran budi pekerti bisa diterapkan kembali di sekolah-sekolah. Selain itu, keluarga juga menjadi faktor penting untuk bisa saling mengerti antara anak dan orang tua. “Tentunya kita harus mengusulkan pemerintah agar pelajaran itu bisa diterapkan kembali,” lontarnya.

Disisi lain, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Euis Sunarti menjelaskan kesejahteraan lansia merupakan keniscayaan, mengingat jumlah lansia di Indonesia semakin meningkat. Berdasarkan data proyeksi penduduk diperkirakan 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia.

Menurutnya, diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), di tahun 2025 (33,69 juta), dan pada 2035 (48,19 juta). Dari tahun 2015, Indonesia sudah memasuki era penduduk menua karena jumlah penduduknya berusia 60 tahun ke atas melebihi 7 persen.  Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat disebabkan penurunan angka kelahiran, kematian, dan peningkatan angka harapan hidup.

Euis menambahkan, kesehatan menjadi permasalahan yang mendominasi penduduk lansia. Artinya hal itu menyebabkan menurunnya kemampuan fisik dan mental. “Alhasil menyebabkan membutuhkan pelayanan kesehatan meningkat,” paparnya.

Sementara itu, Pusat Kajian dan Layanan Lansia Tukino mengatakan penuaan penduduk menjadi isu yang dihadapi banyak negara tak terkecuali Indonesia. Namun seharusnya para lansia masih dapat berpatisipasi dan aktualisasi diri. “Maka lansia tidak selalu dinilai dari segi ekonomi,” ujar dia.

Ia menilai permasalahan yang mendominasi penduduk lansia di Indonesia, yaitu proporsi lansia semakin besar sehingga memerlukan perhatian dan perlakuan khusus dalam pelaksanaan pembangunan. “Proses penuaan memiliki tiga aspek yaitu biologis, ekonomi, dan sosial. Tiga hal ini yang menjadi PR (pekerjaan rumah) bersama,” kata Tukino.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement