Rabu 12 Sep 2018 23:50 WIB

Terkait Kekerasan di SPN Dirgantara, Ini Langkah KPAI

KPAI minta Pemprov Kepulauan Riau evaluasi proses belajar di SPN Dirgantara

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) - Retno Listyarti
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) - Retno Listyarti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu SMK di Batam, SPN Dirgantara diduga melakukan kekerasan terhadap salah satu siswanya bernama RS (17) dan memiliki sel tahanan di dalam sekolah. Terkait hal ini, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) akan segera melakukan rapat dengan pihak-pihak terkait. 

"Kami kan baru akan rapat koordinasi di Kepulauan Riau, Senin 17 September. Kami sudah koordinasi dengan Kemdikbud dan Kompolnas, juga bersurat ke Gubernur," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listiyarti pada Republika.co.id, Rabu (12/9). 

Baca:  SPN Dirgantara Batam" href="https://republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/18/09/12/peybah349-kpai-sayangkan-tindakan-kekerasan-di-spn-dirgantara-batam" target="_blank" rel="noopener">KPAI Sayangkan Tindakan Kekerasan di SPN Dirgantara Batam

Selain melakukan rapat koordinasi baik dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat, KPAI juga akan segera melakukan pengawasan langsung ke sekolah tersebut. KPAI pun mendorong pihak-pihak terkait agar melakukan investigasi lebih lanjut terhadap SPN Dirgantara. 

"KPAI mendorong Dinas Pendidikan Provinsi dan Kemendikbud RI untuk melakukan evaluasi terharap proses belajar mengajar dan pola pendidikan yang terjadi di SMK tersebut selama lima tahun ini," kata Retno melanjutkan. 

Tidak hanya itu, KPAI juga mendorong Dinas Pendidikan dan Dinas PPPA Provinsi Kepri untuk mengontrol dan mendampingi perbaikan dan perubahan pola pendidikan di sekolah tersebut. KPAI menilai seharusnya, SPN Dirgantara dapat meninggalkan pola kekerasan dan menjadi sekolah yang ramah anak (SRA) sesuai dengan aturan yang berlaku.

Sebelumnya, foto RS dengan tangan diborgol beredar di media sosial. Bahkan, orang tua RS merasa kaget karena foto anaknya yang sedang sidang disiplin. Tindakan tersebut membuat keluarga RS malu dan marah. Menurut KPAI, RS pun mengalami trauma psikologis dan membutuhkan rehabilitasi medis maupun psikis. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement