Senin 22 Apr 2019 13:04 WIB

Mendikbud: Anak Perlu Dikenalkan Soal Bernalar Tinggi

Soal bernalar tinggi menuntut anak berpikir rasional.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah pelajar saat melaksanakan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) di SD Negeri 07 Kramat Pela, Jakarta, Senin (22/4).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah pelajar saat melaksanakan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) di SD Negeri 07 Kramat Pela, Jakarta, Senin (22/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Efendi, memantau pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) SD Muhammadiyah 5 Jakarta dan SD Negeri Kramat Pela 07. Berdasarkan pantauannya tersebut, ujian berlangsung sesuai dengan aturan yang berlaku dengan soal yang bernalar tinggi.

Terkait pengawasan, Muhadjir menjelaskan sudah berjalan dengan baik. "Tadi saya cek juga soalnya masih tersegel, dan juga ada pertukaran pengawas sehingga yang mengawasi bukan sekolah sendiri untuk menjamin pelaksanaan ujian berjalan dengan baik," kata Muhadjir usai kunjungannya, Senin (22/4).

Baca Juga

Ia mengatakan, standar yang diterapkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) harus diterapkan. Hari ini, ia mengatakan pihaknya akan fokus untuk memeriksa standar evaluasi dan isinya. Menurut pantauannya, semuanya telah sesuai dengan standar.

Selain itu, ujian SD saat ini sudah mulai dikenalkan dengan soal higher-order thinking skills (HOTS). Soal yang diberikan menuntut anak untuk berpikir rasional bukan hanya menghafal, mengingat, dan menjawab.

Ia melanjutkan, soal HOTS yang diberikan untuk siswa SD akan disesuaikan dengan jenjangnya. Nalar tinggi untuk kaliber SD, SMP, dan SMA memiliki perbedaan sehingga para guru harus melakukan kalibrasi terhadap soal-soal yang dikembangkan mengacu pada BSNP.

Muhadjir berharap, dengan adanya soal HOTS untuk anak SD dapat memperbaiki pendidikan di Indonesia. Menurut dia, hasil yang diharapkan mungkin tidak akan muncul dalam waktu cepat karena pendidikan adalah perjalanan yang panjang. Namun, ia menilai kebijakan ini adalah investasi yang bisa dipanen di masa depan.

"Anak harus membuat pilihan yang tepat, dia harus merangkai secara logis soal-soal itu. Saya kira itu cara yang baik. Saya senang sekali sudah mulai dikenalkan apa itu yang kita sebut bernalar tinggi. Mudah-mudahan ini langkah yang panjang akan kita lakukan untuk membawa siswa ke era Indonesia lebih maju," kata dia.

Direktur Pembinaan Sekolah Dasar (PSMP), Khamim, mengatakan selama ini para guru juga telah dilatih untuk menyusun soal HOTS. Ia berharap dengan adanya pelatihan tersebut paling tidak setiap wilayah memiliki guru yang bisa membuat soal HOTS.

Para guru inilah yang akan ikut membantu menyusun soal-soal di tiap daerah. "Terkait kemampuan anak-anak memahami bacaan sangat rendah, maka kita ingin dari waktu ke waktu guru mengajari anaknya untuk bagaimana dia juga bisa memahami isi bacaan," kata Khamim.

Jumlah siswa SD yang mengikuti ujian secara nasional sebanyak 4.229.956 dengan jumlah sekolah sekitar 148 ribu. Ujian sekolah SD dilakukan pada tiga mata pelajaran yakni Bahasa Indonesia, matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement