Sabtu 23 Mar 2019 23:40 WIB

Menristekdikti Minta PT Siap akan Kemunculan Profesi Baru

Menristek meyakini akan ada 375 juta orang di dunia beralih profesi

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti), M Nasir saat menghadiri Paparan Capaian 4 Tahun Kinerja Kemenristekdikti, di gedung Prof Soedharto, kampus Universitas Diponegoro (Undip), Tembalang, Kota Semarang, Jumat (30/11).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti), M Nasir saat menghadiri Paparan Capaian 4 Tahun Kinerja Kemenristekdikti, di gedung Prof Soedharto, kampus Universitas Diponegoro (Undip), Tembalang, Kota Semarang, Jumat (30/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menghadiri peringatan Dies Natalis Universitas Pasundan (UNPAS) ke-59 di Gedung Auditorium Sabuga, Bandung (23/03). Dalam orasi ilmiahnya Nasir mengatakan memasuki era revolusi industri 4.0, era disrupsi teknologi, diperkirakan sampai 375 juta orang di dunia akan beralih profesi. 

Selain itu, diperkirakan juga akan muncul profesi baru karena dampak pertumbuhan teknologi yang begitu cepat. Hal ini membuat perguruan tinggi dituntut untuk siap menghadapi perubahan teknologi.

Baca Juga

"Mau tidak mau, suka atau tidak suka, teknologi akan hadir dalam kehidupan kita," ujar Nasir dalam keterangan resmi yang diterima Republika, Sabtu.

Nasir meminta pimpinan perguruan tinggi untuk terus meningkatkan kualitas dosen agar memiliki kompetensi inti yang akan dibutuhkan pada revolusi industri 4.0. Lulusan perguruan tinggi sangat bergantung dengan kualitas sistem pembelajaran di kampus dan kualitas dosen yang mengampu mata kuliah. 

"Realitanya di perkembangan teknologi saat ini masih banyak lulusan tidak memiliki kompetensi sesuai dengan apa yang diambil dalam bidangnya," tutur Nasir.

Perguruan tinggi akan semakin dituntut untuk mempersiapkan para mahasiswanya atas pekerjaan yang belum ada. Perguruan tinggi juga harus menciptakan iptek yang inovatif, adaptif, kompetitif sebagai konsep utama daya saing dan pembangunan bangsa. 

Nasir menambahkan, menghadapi tantangan tersebut Kemenristekdiki bersama perguruan tinggi harus mereformasi penyelenggaraan pendidikan tinggi, seperti deregulasi, penyediaan pendidikan yang fleksibel dan berorientasi pada mahasiswa serta pangsa pasar, penajaman kurikulum, orientasi pada keterampilan yang teruji dan berdaya saing, pengembangan bidang ilmu strategis, revitalisasi kelembagaan, kemampuan pendidikan tinggi untuk menghasilkan riset dan inovasi yang kompetitif, sampai pada peningkatan keskolaran, kreativitas, dan kegiatan entrepreneurial.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement