Kamis 28 Feb 2019 21:03 WIB

Sekolah Literasi Indonesia Mengubah Guru Siti

Sekolah Literasi Indonesia bertujuan meningkatkan kualitas belajar dengan literasi.

Sekolah Literasi Indonesia. Guru Siti lebih percaya diri setelah sekolahnya mendapat program pengembangan diri dari Sekolah Literasi Indonesia.
Foto: Dompet Dhuafa Pendidikan
Sekolah Literasi Indonesia. Guru Siti lebih percaya diri setelah sekolahnya mendapat program pengembangan diri dari Sekolah Literasi Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Guru Siti, akrab disapa Umi Siti di sekolahnya, MI Al Hidayah di Kota Medan, Sumatera Utara. Sekolahnya merupakan satu dari 48 sekolah penerima manfaat program Sekolah Literasi Indonesia (SLI) yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa Pendidikan (DD Pendidikan) di 18 wilayah Indonesia.

SLI bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas sekolah itu sendiri dengan pendekatan literasi. Agar program terimplementasi dengan baik, pada setiap wilayah program SLI, DD Pendidikan menempatkan seorang Konsultan Relawan atau biasa disapa Kawan SLI.

Baca Juga

Fitriani adalah Kawan SLI yang bertugas di Kota Medan, tempat Guru Siti mengajar.

Menurut Fitri, Guru Siti adalah seorang sosok hebat. “Beliau adalah sosok sederhana, namun kaya pengalaman dan kreatif sekali. Hal-hal yang dipandang sederhana dapat berubah menjadi sesuatu yang ‘wow’ di tangan Umi Siti,” ungkap Fitri seperti dalam siaran pers.

photo
Guru Siti lebih percaya diri dalam mengajar setelah mendapat pelatihan dari SLI.

Guru Siti pun seringkali menggunakan kalimat dan cara yang santun penuh kasih

untuk menegur siswanya. Seperti yang terjadi tempo hari saat Guru Siti mendapati salah seorang siswanya di Kelas 1A yang hendak memakan jajajanannya pada saat jam pelajaran sedang berlangsung.

Tak ada raut marah ataupun kesal terlihat di wajah Guru Siti. Dengan penuh kasih beliau menyentuh pundak sang anak dan mengajaknya berdialog. Si anak mengangguk kemudian menyimpan makanan yang hendak dimakannya.

Guru Siti telah lama mengajar di MI Al Hidayah, namun ia mengaku kondisinya dulu tak seperti saat ini. Guru Siti dulu sering minder dan cenderung lebih banyak diam serta takut mengemukakan pendapat.

Perubahan dirinya yang sekarang ia dapatkan setelah sekolahnya mendapatkan program SLI. Tidak hanya mengubah caranya mengajar saja, namun manfaat dari SLI ia dapatkan hingga pada ranah pengembangan diri. Guru Siti pun bercerita tentang kepercayaan dirinya yang meningkat dalam pertemuan para guru di forum KKG (Kelompok Kerja Guru).

“Biasanya saya banyak diam. Saya merasa tidak percaya diri bila ikut nimbrung dalam forum. Namun sejak ada program pendampingan SLI di sekolah kami, saya perlahan mulai berani. Sekarang ketika ada suatu topik yang dibicarakan oleh teman-teman guru di KKG, saya sudah berani mengeluarkan pendapat. Bahkan pendapat saya itu diterima dan dipuji oleh mereka. Sejak saat itulah muncul rasa percaya diri dalam diri saya,” kenang Guru Siti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement