Senin 28 Oct 2019 09:45 WIB

Hadapi Persaingan, UII Resmikan S1 Rekayasa Tekstil

Universitas Islam Indonesia (UII) resmi membuka Prodi Rekayasa Tekstil untuk S1

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Elba Damhuri
Konferensi pers rencana pembukaan Prodi Rekayasa Tekstil di Fakultas Teknik Industri Universitas Islam Indonesia (UII), Selasa (5/2).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Konferensi pers rencana pembukaan Prodi Rekayasa Tekstil di Fakultas Teknik Industri Universitas Islam Indonesia (UII), Selasa (5/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Islam Indonesia (UII) resmi membuka Prodi Rekayasa Tekstil untuk S1. Peresmian ditandai penyerahan SK dari Kepala Lembaga Layanan Dikti (LL-Dikti) Wilayah V kepada Rektor UII.

Rektor UII Fathul Wahid menilai, penyerahan SK itu membuktikan UII tidak cuma jadi perguruan tinggi swasta tertua di Indonesia. Tapi, sekali lagi, mendapat kepercayaan pemerintah untuk berkontribusi.

"Utamanya, dalam mempersiapkan SDM-SDM berdaya saing untuk masa depan," kata Fathul, Jumat (25/10) lalu.

Ketua Tim Pembukaan Prodi, Suharno Rusdi menerangkan, kurikulum Prodi Rekayasa Tekstil dirancang dengan mengacu kepada tiga hal. Mulai dari Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia dan Standar Nasional Dikti.

Serta, lanjut Suharno, sesuai standar kurikulum (Accreditation Board  for Engineering and Technology (ABET) dengan format pemikiran modern. Itu untuk menjawab tutuntan pasar kerja di era revolusi indusri 4.0.

Sebab, ia melihat, era 4.0 menuntut untuk memilki banyak kemampuan. Pemikiran kritis, kreativitas, pemecah masalah kompleks, intelejen, manajemen, koordinasi, fleksibilitas dan pengambil keputusan.

"Prodi Rekayasa Tekstil UII berkomitmen dan berusaha sebaik mungkin mempersiapkan proses belajar mengajar agar menciptakan sarjana yang mampu bersaing dalam era persaingan global," ujar Suharno.

Untuk itu, ia menekankan, mahasiswa-mahasiswa Prodi Rekayasa Tekstil akan dibimbing menjadi sosok yang belajar tanpa henti. Sehingga, memiliki motivasi kuat untuk terus belajar sepanjang hayat.

Tapi, mahasiswa tidak cuma diajak belajar dalam lingkup kelas atau lab saja. Sebab, mereka akan banyak belajar di luar baik dalam studi lapangan, pertukaran pelajar ke luar negeri atau magang di industri.

Selain itu, Prodi Rekayasa Tekstil UII dirancang fleksibel mengikuti masa tempuh studi 4-7 tahun. Artinya, memungkinkan mahasiswa ambil cuti kuliah untuk bekerja pada akhir tahun kedua maupun ketiga.

"Kemudian, melanjutkan lagi hingga masa studi maksimal tujuh tahun sesuai SK Menristekdikti Nomor 44 Tahun 2015," kata Suharno.

Untuk mendukung model kurikulum ini, Suharno mengungkapkan, mereka akan menggandeng pihak-pihak terkait. Seperti Asosiasi Produsen Serat Sintetik Indonesia (APSSI) dan Asosiasi Pertekstilan Indonneia (API).

Ia berpendapat, formal kurikulum itu diyakini membuat mahasiswa dapat berkiprah ke berbagai arena kehidupan. Serta, memberikan kontribusi terbaik bagi kemajuan diri sendiri dan bangsa Indonesia.

"Terpuruknya industri tekstil kita akhir-akhir ini di samping lemah daya saing dan produk impor yang tidak terkendali, kita akui karena operasional industri tekstil sering mencemari lingkungan," ujar Suharno.

Untuk itu, sejalan karakter era 4.0, Prodi Rekayasa Tekstil akan mengedepankan teknologi ramah lingkungan. Serta, inovasi-inovasi yang tidak cuma menghasilkan efisiensi tapi produk-produk tekstil cerdas.

Caranya, lanjut Suharno, mengemas kurikulum dengan filosofi green process dan zero waste process. Lalu, dalam pengajaran dilengkapi lab berteknologi nano dan plasma yang akan meningkatkan nilai tambah SDA.

"Tanpa meninggalkan produk-produk tradisional seperti batik dan kerajinan," kata Ketua Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (Ikatsi) tersebut.

Prodi Rekayasa Tekstil UII menjadi satu-satunya prodi serupa jenjang S1 di Indonesia. Dimasukannya industri tekstil dalam lima industri unggulan menjadi angin segar tersendiri kepada Prodi Rekayasa Tekstil UII.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement