Rabu 23 Oct 2019 09:32 WIB

Ketua IGI Sangsikan Nadiem Jadi Mendikbud

Mungkin setelah mencoba profesor berulang kali, kini pilih yang tak banyak teori.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Andi Nur Aminah
Nadiem Dipanggil Presiden Joko Widodo. Founder Gojek Nadiem Makarim dipanggil Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/10).
Foto: Republika/ Wihdan
Nadiem Dipanggil Presiden Joko Widodo. Founder Gojek Nadiem Makarim dipanggil Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia Muhammad Ramli Rahim sangsi atas dipilihnya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Menurut Ramli, meskipun Nadiem sukses dalam bisnis transportasi online, ia tidak cocok untuk memimpin sebuah kementerian yang dipenuhi orang-orang pintar dan berpendidikan tinggi.

"Nadiem Anwar Makarim memang Alumni Brown University Amerika Serikan dan juga Alumni Harvard Business School Amerika Serikat tetapi tahu apa Nadiem soal pendidikan negeri ini?" kata Ramli dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (23/10).

Baca Juga

Dia menjelaskan, tahun 2045 Indonesia bermimpi menjadi negara maju dengan PDB terbesar keempat dunia, sedangkan pada tahun 2030 adalah puncak bonus demografi Indonesia. Hasil PISA, kompetensi generasi bangsa di bidang matematika, reading dan sains berada pada level 0-2 dan dicap bangsa Indonesia baru bisa menghadapi abad 21 setelah 1000 tahun mendatang.

Kekurangan guru pegawai negeri sipil (PNS) di sekolah negeri mencapai 1.141.176 orang belum termasuk 391.644 guru yang akan pensiun pada tahun 2020 hingga 2024. Dengan kondisi tersebut, kata Ramli, hampir bisa dipastikan bahwa pendidikan dasar dan menengah kita akan lumpuh total ketika seluruh guru honorer yang pendapatannya jauh lebih rendah dari driver gojek itu menyatakan 'mogok mengajar'.

"Anak-anak SD kita tamat SD lebih dari 80 persen dinyatakan gagal Matematika dan juga gagal literasi, juga gagal di sains, lalu apa yang bisa dilakukan Nadiem?" kata Ramli.

Ramli mengatakan, hingga kini SMK masih menduduki peringkat tertinggi jumlah pengangguran di Indonesia. Minimnya guru produktif dan minimnya “produksi” guru produktif yang sesuai dengan bidang keahlian di SMK adalah gunung masalah yang cukup untuk menutup mata menteri. Ini belum termasuk masalah pendidikan tinggi yang juga penuh masalah.

"Entah apa yang berkecamuk dalam pikiran Pak Jokowi, Presiden Ketujuh RI yang kembali dilantik untuk kedua kalinya ketika menunjuk Nadiem Anwar Makarim. Pemuda berusia 35 tahun yang sukses dalam bisnis transportasi online memimpin sebuah kementrian yang dipenuhi orang-orang pintar dan berpendidikan tinggi. Tapi kami sepenuhnya menyerahkan ke Presiden Jokowi, pasti beliau punya harapan tersendiri terhadap Nadiem. Boleh jadi setelah mencoba “Profesor” berulang kali, kini Pak Jokowi ingin memilih yang segar dan tak banyak teori," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement