Jumat 05 Oct 2018 16:50 WIB

JK: Tidak Boleh Anak Korban Gempa Tidak Sekolah

Waktu sekolah bisa diatur, siswa bisa bergiliran masuk pagi dan sore

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Esthi Maharani
Pengungsi merawat anaknya yang terluka akibat bencana alam gempa bumi dan tsunami saat beraktivitas di Posko Pengungsian Rumah Dinas Gubernur, Palu, Sulawesi Selatan, Rabu (3/10).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pengungsi merawat anaknya yang terluka akibat bencana alam gempa bumi dan tsunami saat beraktivitas di Posko Pengungsian Rumah Dinas Gubernur, Palu, Sulawesi Selatan, Rabu (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menginstruksikan agar anak-anak korban gempa Palu dan sekitarnya bisa segera masuk sekolah. Ia pun telah meminta agar Dinas Pendidikan di masing-masing daerah terdampak baik Sigi, Palu dan Donggala mendata sekolah-sekolah rusak untuk direhabilitasi. Jika ada sekolah yang rusak, maka sementara siswa sekolahnya dipindah ke sekolah yang tidak rusak.

"Sekolah tadi saya sudah minta segera data dan terus rehabilitasi, dan tidak boleh itu, tidak boleh dalam satu bulan, tidak sekolah. Kalau rusak taruh ditaro yang tidak rusak sementara," ujar JK usai meninjau Palu-Donggala, Jumat (5/10).

Menurutnya, untuk menghindari bentrok waktu sekolah dengan sekolah yang tidak rusak, maka waktunya digilir. "Anak-anak sekolah sore bergilir. Jadi yang sekolah ambruk pindah sekolah yang tidak kena dan itu sekolah sore," kata JK.

JK menjanjikan penyelesaian rekonstruksi bencana gempa dan tsunami di Palu-Sigi, dan Donggala akan tuntas dalam waktu dua tahun. Setelah tanggap darurat selama dua bulan selesai, Pemerintah akan melanjutkan proses rehabilitasi dan rekonstruksi.

"Kemudian kita harus membuat hunian sementara barak-barak semua yang kehilangan rumah, kemudian setelah itu rehabilitasi rekontruksi rumah-rumah dan bangunan-bangunan yang rusak dan ambruk betul," ujar Jusuf Kalla usai meninjau penanganan dampak gempa dan tsunami di Palu, Jumat (5/10).

Namun kata JK, sapaan akrabnya, konsep rehabilitasi dan rekonstruksi gempa di Palu-Donggala berbeda dengan konsep rekonstruksi seperti di Lombok. Sebab, gempa Palu-Donggala terjadi di wilayah perkotaan, berbeda dengan Lombok yang banyak di wilayah pedesaan.

"Kalau lombok kan pedesaan ini di perkotaan beda. Di desa itu Lombok, luas lahannya bisa diatur macam-macam, kalau di sini kecil lahannya jadi karena itu mungkin saja (rekonstruksi) bikin kaya (kawasan) bertingkat gitu kan," ujar JK.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement