Rabu 19 Sep 2018 18:02 WIB

Lapan dan ITB Gelar Konferensi Sains dan Atmosfer

Atmosfer bumi sangat dinamis dan dipengaruhi oleh kondisi alam.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Friska Yolanda
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaludin memberikan sambutan pada acara International Conference On Tropical Meteorology and Atmospheric Sciences, di Aula Barat Kampus ITB, Jalan Ganeca, Kota Bandung, Rabu (19/9). Konferensi Sains dan Atmosfer Tingkat Internasional ini bertujuan untuk menguatkan kolaborasi internasional dalam bidang riset dan edukasi, khususnya dalam bidang meteorologi tropis dan sains atmosfer.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaludin memberikan sambutan pada acara International Conference On Tropical Meteorology and Atmospheric Sciences, di Aula Barat Kampus ITB, Jalan Ganeca, Kota Bandung, Rabu (19/9). Konferensi Sains dan Atmosfer Tingkat Internasional ini bertujuan untuk menguatkan kolaborasi internasional dalam bidang riset dan edukasi, khususnya dalam bidang meteorologi tropis dan sains atmosfer.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar konferensi internasional bertajuk 'International Conference on Tropical Meteorology and Atmospheric Science (ICTMAS)'. Konferensi yang diikuti berbagai perwakipan negara ini diadakan pada 19-20 September 2018 di ITB, Kota Bandung.

ICTMAS ini dibuka oleh oleh Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin dan Rektor ITB Kadarsah Suyadi. Hadir pula beberapa pembicara seperti Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga perwakilan negara lain yang merupakan ahli di bidang atmosfer dan sains.

Kepala Lapas Thomas Djamaluddin mengatakan pentingnya riset dan pemanfaatan sains dan teknologi dalam bidang meterologi tropis dan sains atmosfer sangat menarik untuk dilakukan kajian baik oleh peneliti, mahasiswa hingga masyarakat umum. Untuk itulah LAPAN melalui Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) akan menyelenggarakan kegiatan yang bertujuan untuk  menguatkan kolaborasi internasional dalam bidang riset dan edukasi, khususnya dalam bidang meteorologi tropis dan sains atmosfer.

"Ini menjadi forum yang sangat baik bertemunya para peneliti dan praktisi terkait meteorologi dan sains atmosfer dari banyak pakar internasional," kata Thomas dalam konferensi persnya di Aula Barat ITB, Rabu (19/9).

Thomas mengatakan kondisi atmosfer bumi sangat dinamis dan dipengaruhi oleh kondisi alam. Kondisi ini pun tidak statis dan terus mengalami perubahan setiap waktunya. 

Ia mencontohkan, dulu masyarakat hanya mengenal empat musim di belahan bumi selatan dan utara serta dua musim di negara-negara dengan iklim tropis. Namun, seiring waktu, muncul fenomena alam baru dari kondisi atmosfer yang ada di bumi.

"Kita dulu hanya kenal begitu tapi belakangan ada efek dari suhu Samudera Pasifik yang disebut fenomena El Nino dan La Nina. Pada saat El Nino musim kering panjang. Pada saat La Nina musim hujan panjang," ujarnya.

Selain itu, tambahnya, dalam dunia sains dan atmosfer muncul pula fenomena Dipole Mode (DM) yang merupakan pengaruh dari suhu Samudera Hindia. Sama seperti El Nino dan La Nina, DM ini mempengaruhi cuaca dan suhu negara-negara di belahan bumi lainnya.

Ia menyebutkam tak hanya kondisi Samudera yang berpengaruh pad atmosfer yang akan dibahas. Ada tujuh materi yang akan dibahas dalam pertemuan global ini, seperti cuaca ekstrem yang mulai marak terjadi juga perubahan iklim di berbagai negara.

"Ini penting sekali dibahas dan Alhamdulillah bisa menghadirkan pakar-pakar terkait dengan atsmofer khususnya di benua maritim Indonesia. Ada dari Australia, Amerika, Inggris kemudian Jepang dan juga invited spekaer dari berbagai negara Asia," ucapnya.

Konferensi ini merupakan rangkaian kegiatan kerja sama riset internasional the Years of Maritime Continent (YMC) 2017-2019 yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan prediksi atmosfer sehingga diharapkan akan mendukung pembangunan nasional di berbagai sektor seperti pertanian, perikanan, perhubungan, energi, lingkungan hidup, kesehatan dan penanggulangan bencana.

Peserta konferensi yang telah mengirimkan abstrak berjumlah 160 peserta yang berasal dari negara Jepang, Malaysia, Filipina, India, Singapura, Peru, Tiongkok dan Indonesia. Makalah yang dipresentasikan sebanyak 76 peserta oral dan 84 dalam bentuk poster.  Diharapkan para peserta khususnya generasi muda yang mengkuti kegiatan ini dapat lebih terpacu  untuk terus melakukan riset dan teknologi yang bermanfaat luas bagi masyarakat. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement