Kamis 09 Aug 2018 18:06 WIB

OSI : Kuliah di Luar Negeri Itu Mudah

Seminar tersebut merupakan yang kedelapan kalinya diadakan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Santri yang tergabung dalam Organisasi Santri Internasional (OSI) memberikan paparan kepada ratusan siswa kelas 12 di SMA Islam Terpadu (IT) Abu Bakar Yogyakarta.
Foto: Silvy Dian Setiawan.
Santri yang tergabung dalam Organisasi Santri Internasional (OSI) memberikan paparan kepada ratusan siswa kelas 12 di SMA Islam Terpadu (IT) Abu Bakar Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Santri yang tergabung dalam Organisasi Santri Internasional (OSI) memberikan paparan kepada ratusan siswa kelas 12 di SMA Islam Terpadu (IT) Abu Bakar Yogyakarta, Kamis (9/8). Paparan yang diberikan dikemas dalam bentuk 'Seminar Kuliah di Luar Negeri' yang disertai pemberian motivasi kepada siswa untuk mewujudkan kuliah di luar negeri.

"Kita kasih paparan, begini loh kalau mau kuliah ke luar negeri. Kita presentasi bagaimana kuliah di luar negeri, kita motivasi, penjelasannya langsung dari kita yang hidup di sana," kata Ketua OSI, Aswar Anas, di Gedung Erlangga, Yogyakarta.

Aswar mengungkapkan, seminar tersebut merupakan yang kedelapan kalinya diadakan, di mana sebelumnya juga telah digelar di beberapa daerah lainnya sejak 25 Juli lalu. Seminar ini sebelumnya telah digelar di Kalimantan, Jakarta, Tangerang Selatan, Bekasi,  Sukabumi, dan di Yogyakarta. Nantinya masih akan terus dilakukan di Solo, Kraten, Tangerang, Bogor, Cirebon, dan berakhir di Pandeglang pada 8 September.

Tujuannya dilakukan seminar ini, lanjutnya, selain memberikan motivasi juga untuk membantu anak-anak Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Sebab, tidak semua informasi terkait hal tersebut diketahui oleh para siswa. Selain itu, juga merubah mindset siswa bahwa kuliah di luar negeri itu tidaklah sulit.

"Biar masyarakat terbuka untuk kuliah di luar negeri, kita kasih kisi-kisi kalau kuliah di luar negeri itu gak mahal dan gak susah. Kemudian yang paling penting anak-anak Indonesia bisa mengenyam pendidikan luar negeri. Jadi apa yang baik di sana bisa diterapkan di Indonesia," tambahnya.

Setelah melalui beberapa seminar di kota lainnya, Aswar mengaku banyak siswa maupun sekolah yang antusias untuk mengikuti seminar tersebut. Total 15 sekolah yang dikunjungi oleh OSI.

"Responsnya sangat bagus, tapi karena kita terbatas waktu dan harus balik ke negara masing-masing buat kuliah. Jadi kita batasi sampai 18 September," katanya.

Tidak hanya seminar, OSI juga membuka program pembinaan kepada siswa yang tertarik untuk kuliah di luar negeri. Pembinaan yang dilakukan seperti memberikan informasi mengenai cara dan tes yang diperlukan untuk mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri.

"Kita tahapnya motivasi, presentasi dan memang benar-benar ada yang mau kuliah di luar negeri bisa kontak kita, dan kita buat pembinaan. Pembinaan apa aja yang diperlukan dan informasi pembukaan tanggal (masuknya tahun ajaran baru di luar negeri) segini loh. Informasi tesnya seperti apa aja," ujarnya.

Saat ini, anggota OSI sendiri telah mencapai 82 orang, di mana tahun ini merupakan tahun kedua bagi organisasi tersebut, sejak didirikan pada tahun lalu. Anggotanya sendiri berasal dari mahasiswa Indonesia yang kuliah di 11 negara di dunia.

Kepala sekolah SMA IT Abu Bakar Yogyakarta, Syamsul Arifin, menyambut baik seminar tersebut diadakan di sekolahnya. Menurutnya, seminar tersebut dapat memberikan informasi kepada siswanya dalam mewujudkan kuliah ke luar negeri. Terlebih lagi, informasi tersebut langsung diberikan langsung dari mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikannya di luar negeri.

"ini sangat informatif, apalagi yang disampaikan itu informasi dari tangan pertama, artinya mereka yang akan meyampaikan itu mahasiswa yang sudah lama tinggal di luar negeri. Dan itu cukup merata, ada di Turki, Saudi, Rusia, Prancis, Malaysia," katanya.

Selain itu, dengan diadakannya seminar tersebut dapat membuka wawasan siswa bahwa kuliah di luar negeri tersebut bisa diperoleh oleh siapa saja.

"Hadirnya beberapa mahasiswa Indonesia yang kuliah luar negeri ini, diharapkan bisa menghilangkan barrier dan menghilangkan anggapan bahwa kuliah di luar negeri itu susah dan hanya bagi orang-orang terpilih aja," katanya.

Ia pun berharap agar kegiatan ini terus dilakukan kedepannya. Sehingga, lebih banyak lagi siswa yang dapat mengenyam pendidikan di luar negeri. Sebab, di SMA IT Abu Bakar Yogyakarta sendiri, baru di tahun 2018 ini yang diterima di perguruan luar negeri.

"Untuk tahun ini alhamdulilah lulusan Abu Bakar yang diterima ada satu di Rusia, dan 17 di Taiwan mendapatkan beasiswa S1. Itu baru kali pertama (di tahun 2018)," tambahnya.

Salah satu siswa kelas 12 jurusan IPA, Anisa Rahma (17) mengaku tertarik untuk kuliah di luar negeri setelah menerima paparan dari OSI. Ia pun tertarik untuk melanjutkan pendidikannya di Turki.

"Tertarik (kuliah di Turki). Kan kalau di sana mayoritasnya Islam, dan juga beradaptasinya gak susah," kata Anisa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement