Rabu 11 Jul 2018 17:13 WIB

Abkin Dorong Peran Guru Bimbingan dan Konseling

Pembelajaran calon-calon guru BK berkembang secara inovatif.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Rakernas Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (Abkin) di Grand Keisha Hotel, Rabu (11/7).
Foto: Wahyu Suryana.
Rakernas Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (Abkin) di Grand Keisha Hotel, Rabu (11/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua Dewan Pembina Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (Abkin) Sunaryo Kartadinata, menuturkan pihaknya terus memikirkan kualifikasi akademik guru-guru bimbingan dan konseling (BK). Termasuk, memerhatikan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan.

Tentu, lanjut Sunaryo, Abkin akan mendukung kebijakan pemerintah lewat implementasi peraturan-peraturan yang telah diterbitkan. Terlebih, pemerintah sudah memersiapkan panduan pendidikan konseling.

"Jadi panduan-panduan itu agar dipahami seluruh komponen penyelenggara pendidikan mulai guru-guru BK, kepala sekolah, pengawas, sampai kepala-kepala dinas," kata Sunaryo, di Grand Keisha Hotel, Rabu (11/7).

Abkin baru saja menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 9-11 Juli 2018 di DIY. Itu jadi tindak lanjut Kongres Abkin ke XIII 27-29 2018 lalu di Pekanbaru.

Rakernas terbagi jadi rakor Pengurus Harian Pengurus Besar PB Abkin, dan rakernas Abkin 2018. Rakernas dibuka Ketua Umum Abkin, Muhammad Farozin, dan amanat Ketua Dewan Pembina PB Abkin, Sunaryo Kartadinata.

Ada sidang-sidang mulai Komisi Dewan-Dewan, Komisi Kerja Departemen Keilmuwan dan Profesi, Komisi Kerja Departemen Organisasi, Kelembagaan dan Advokasi, dan Komisi Kerja Departemen Karya Imiah dan Publikasi.

Selain itu, rakernas diisi sidang-sidang dari Komisi Kerja Departemen Komunikasi dan TI, Komisi Kerja Konsolidasi Organisasi Pusat-Daerah, dan ditutup lewat sidang pleno.

Ketua Umum PB Abkin, Muhammad Farozin, mengatakan sejak awal filsafat guru-guru BK memang untuk membimbing dan mengembangkan perilaku yang baik dan benar. Karenanya, itu yang senantiasa menjadi faktor kuat BK.

Untuk itu, pembelajaran BK memang akan selalu ditekankan kepada elemen tersebut. Tujuannya, tidak lain agar mampu memahami secara mendalam potensi-potensi maupun perilaku siswa-siswa.

Tentu, perilaku siswa-siswa yang dihadapi dari masa ke masa pasti ada  berbeda. Tapi, justru dari sana BK menjadi kunci dalam memahami kehidupan siswa dalam konteks yang ril dan objektif.

Sehingga, pembelajaran calon-calon guru BK berkembang secara inovatif. Artinya, guru-guru BK ke depan tidak boleh sekadar mengatasi masalah, tapi menelaah perilaku-perilaku itu sendiri.

"Jadi, guru-guru BK sebagai keranjang sampah itu merupakan konsep yang keliru, tidak ada alasan menjadikannya seperti itu jika peran-perannya dipahami secara benar," ujar Farozin.

Ia turut memberikan apresiasi atas dukungan Kemendikbud kepada Abkin, untuk menjadikan bimbingan konseling masuk kepada kelas. Sebab, itu jadi wujud fasilitasi perkembangan terjadi kepada tenaga pendidik BK.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement