Kamis 26 Apr 2018 21:51 WIB

FSGI: Kemdikbud Gagal Paham Maknai Soal HOTS

FSGI juga menyesalkan pernyataan Mendikbud yang menganggap enteng keluhan siswa.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Agus Yulianto
Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo (tengah) didampingi Wakil Sekjen FSGI Satriwan Salim (kiri) dan Bendahara FSGI Slamet Maryanto (kanan) memberikan penjelasan saat konferensi pers di Gedung LBH Jakarta, Ahad (3/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo (tengah) didampingi Wakil Sekjen FSGI Satriwan Salim (kiri) dan Bendahara FSGI Slamet Maryanto (kanan) memberikan penjelasan saat konferensi pers di Gedung LBH Jakarta, Ahad (3/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyoroti Kemendikbud yang tak memahami konsep Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang diterapkan pada soal-soal ujian SMP. Sebab, berdasarkan laporan mengenai UNBK SMP, soal matematika yang diujikan telah sepadan dengan apa yang diujikan untuk tingkat SMA.

 

“Berdasarkan analisis kami dan laporan dari guru-guru daerah telah terjadi pemahaman yang salah pembuat soal terhadap konsep HOTS itu sendiri,” ujar Wakil Sekjen FSGI, Satriwan Salim, dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Kamis (26/4).

 

Dia mengatakan, soal ujian mata pelajaran matematika untuk siswa SMP bukan lagi aplikasi HOTS. Namun, menurutnya, sudah menjadi soal dengan tingkat Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang lebih dalam, dibandingkan KI dan KD yang ada pada mata pelajaran Matematika tingkat SMP. “Lebih sesuai jika soal Matematika ini diujikan untuk siswa SMA,” ungkapnya.

 

Dikatakannya, KI dan KD antara SMP dan SMA memang beririsan. Namun, pada tingkatan SMA, menurutnya  lebih dalam dibandingkan SMP sesuai dengan SKL-nya. “Berkali-kali kami menegaskan bahwa soal berbasis HOTS tidak harus sulit dan soal yang sulit itu belum tentu HOTS,” kata Satriwan.

 

FSGI juga menyesalkan pernyataan Mendikbud yang menurutnya menganggap enteng keluhan siswa. Mendikbud dinilai cenderung melakukan simplifikasi masalah dengan menyatakan, ‘kalau soalnya gampang bukan ujian.’.

 

“Justru kami mempertanyakan, bahwa untuk menyelesaikan soal-soal yang berbasis HOTS ini, perlu pembelajaran dan siswa perlu dilatih, lalu kapan siswa dilatih untuk berpikir secara HOTS? Kan belum. Jadi kami sepakat kalau ada pernyataan telah terjadi malpraktek di dunia pendidikan Indonesia,” tuturnya.

 

Selain itu, FSGI juga menyoroti soal mata pelajaran Bahasa Inggris yang diujikan pada hari ketiga yang juga banyak dikeluhkan siswa. Banyak siswa, kata dia, yang mengeluhkan bahwa pokok soal pada mata pelajaran Bahasa Inggris terlalu panjang uraiannya.

 

Oleh sebab itu, FSGI meminta Mendikbud melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan UNBK, baik secara personal, kelembagaan, teknologi sampai dengan konten yang diujikan. Agar peristiwa yang sama tidak terulang lagi untuk tahun-tahun berikutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement