Selasa 10 Apr 2018 21:19 WIB

Cara Atasi Jebloknya Minat Baca Indonesia

Salah satu faktor rendahnya minat baca adalah kurangnya jumlah buku

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
perpustakaan keliling
Foto: mirzagraha.com
perpustakaan keliling

REPUBLIKA.CO.ID,  SLEMAN -- Penelitian Most Literred Nation in the World 2016 menunjukkan begitu rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Tidak main-main, penelitian itu menempatkan Indonesia di peringat 60 dari 61 negara.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman, Ayu Laksmi Dewi Tri Astika Putri mengatakan, rendahnya minat baca itu tentu dikarenakan beberapa faktor. Ia menilai, salah satunya lantaran kurang tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.

Untuk itu, pihaknya melakukan upaya-upaya demi mendukung ketersediaan sarana dan prasarana perpustakaan yang ada di Kabupaten Sleman. Ayu menuturkan, perpustakaan sekolah, desa atau taman baca bisa meninjam buku dari Perpustakaan Daerah Kabupaten Sleman. Ayu menerangkan, peminjaman itu dilakukan melalui program Silang Layan, yang memberikan kuota perpustakaan-perpustakaan meminjam sampai 100 buku selama dua bulan secara gratis. Menurut Ayu, itu dilakukan demi mengatasi faktor kurangnya jumlah buku.

"Karena kita menyadari salah satu faktor rendahnya minat baca adalah kurangnya jumlah buku, maka kita adakan layanan Silang Layan namanya, tapi harus ada MoU dulu dengan kita biar gampang kontrolnya," kata Ayu, Selasa (10/4).

Pemerintah Desa sebagai lembaga paling dekat masyarakat dirasa bisa berperan aktif dalam meningkatkan minat baca lingkungan. Karenanya, dilakukan koordinasi ke Dinas Pemberdayaan Masayrakat dan Inspektorat Kabupaten Sleman untuk membangun perpustakaan desa.

Selain itu, telah pula disepakati pembuatan program Rintisan Desa Gemar Membaca sebagai kepanjangan tangan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman. Ia merasa, rintisan itu akan jadi desa mandiri, yang membina perpustakaan yang ada di dusun-dusun.

"Ada regulasi yang bentuknya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007, isinya desa itu wajib menyelenggarakan Perpustakaan Desa. Harusnya, tidak ada lagi keraguan untuk pemerintah desa," ujar Ayu.

Ada pula program Wisata Pustaka yang dihadirkan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman. Program ini ditujukan untuk sekolah-sekolah berprestasi atau yang secara lokasi berada jauh dari perpustakaan.

Ayu menjelaskan, siswa dari sekolah-sekolah itu akan dijemput petugas Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman, dan dibawa ke Perpustakaan Daerah untuk diberi story telling. Setelah itu, anak-anak dibawa ke sumber pustaka.

"Entah itu Candi Prambanan, museum, perpustakaan DIY atau mana saja, setelah itu kita minta anak-anak untuk menulis," kata Ayu.

Lebih lanjut, Ayu mengungkapkan, pihaknya telah menyediakan Perpustakaan Keliling dengan menggunakan lima armada milik Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman. Kelima armada itu keliling setiap hari di lima sampai tujuh lokasi.

"Masih banyak lagi seperti sosialisasi kepada kepala sekolah, kepada kepala desa, Bimtek Pengelolaan Perpustakaan, Bimtek Story Telling dan masih banyak lagi," ujar Ayu.

Ayu berpendapat, upaya-upaya yang telah dilakukan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan itu telah menunjukkan hasil yang positif. Pada 2017 lalu, realisasi persentase minat baca di Kabupaten Sleman menunjukkan angka sebsar 57,47 persen.

Sedangkan, target dengan pendekatan dari kunjungan perpustakaan dibanding populasi yang dilayani sendiri hanya 57,22 persen. Artinya, lanjut Ayu, peningkatan minat baca di Kabupaten Sleman telah mencapai target yang diletakkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement