Jumat 10 Nov 2017 03:05 WIB

'Tan Malaka Layak Masuk dalam Pelajaran Sejarah di Sekolah'

Sejumlah warga melintasi jalan menuju makam pahlawan nasional Tan Malaka yang terletak di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kediri, Selasa (21/2).
Foto: Republika/Binti Solikhah
Sejumlah warga melintasi jalan menuju makam pahlawan nasional Tan Malaka yang terletak di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kediri, Selasa (21/2).

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Tokoh pahlawan nasional Tan Malaka diharapkan bisa masuk dalam pelajaran sejarah di sekolah. Harapannya, generasi muda lebih mengenal serta memahami pemikirannya yang ikut memberikan sumbangsih demi kemerdekaan bangsa ini.

"Hak Tan Malaka masuk pelajaran resmi sejarah kemerdekaan. Selama ini, mencari sendiri tidak ada kurikulum," kata Direktur Eksekutif Tan Malaka Institut Khatibul Umam Wiranu saat ziarah di makam Tan Malaka, Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Kamis (9/11).

Ia mengatakan, Tan Malaka memang telah ditetapkan sebagai salah satu sosok pahlawan di Indonesia. Namun, keberadaannya seakan-akan ditutupi terutama saat Orde Baru sehingga tidak banyak masyarakat yang memahami tentang sosoknya.

Ia juga mengapresiasi pemerintah yang telah memberikan berbagai gelar pahlawan pada sejumlah sosok yang dinilai tepat. Namun, ia juga beharap Tan Malaka tetap diperhatikan, sebab ia adalah termasuk sosok yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

"Pemerintah harus perhatikan Tan Malaka, karena sebagai peletak dasar RI. Jadi, tidak bisa dipangkas secara historis. Namun, ada kemajuan pemerintah sekarang memberi ruang peneliti hadir memberikan perspektifnya," ujarnya.

Khatibul juga sengaja mengadakan ziarah di makam Tan Malaka ini. Dengan ziarah, sekaligus untuk mengingat berbagai sejarah lama serta petuah lama bahwa bangsa yang besar adalah yang menghormati pahlawannya.

Ketua Dewan Pakar Tan Malaka Institut Zulhasir Nasir menambahkan, generasi muda memang harus mengenal sosok Tan Malaka. Saat ini, ada beberapa pemikiran yang meragukan bahwa Tan Malaka bukan pahlawan. Padahal, Tan adalah sosok yang luar biasa hebat.

"Ada kurang penghargaan pada Tan Malaka karena ragu, jangan-jangan bukan pahlawan dan ini terjadi di masyarakat. Ada stigma yang sengaja tumbuh subur seolah tidak ada harganya. Padahal, orang ini luar biasa hebat," kata dia.

Ia juga mengatakan, Tan Malaka juga dicap sebagai kiri yang pro PKI. Padahal, ia melawan PKI dan PKI juga melawannya. Tan merupakan sosok yang sosialis tulen dan luar biasa mengabdikan dirinya ke masyarakat.

Anas, dari salah seorang mahasiswa yang juga ikut dalam acara ziarah itu mengatakan Tan Malaka merupakan sosok yang cerdas dan selalu semangat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia juga mengajarkan bahwa NKRI itu satu. "Pemikirannya itu yang terkenal Madilog. Jadi, tidak perlu label-label, tapi yang penting satu saja NKRI," kata Anas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement