Ahad 29 Oct 2017 16:23 WIB

Fisioterapis di Indonesia Belum Memenuhi Kebutuhan

Rep: neni ridarineni/ Red: Joko Sadewo
Rektor Unisa Yogyakarta Warsiti
Foto: republika/neni ridarineni
Rektor Unisa Yogyakarta Warsiti

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kebutuhan tenaga fisioterapis di Indonesia masih belum memenuhi kebutuhan ideal dibanding jumlah penduduk. Selama ini para fisioterapis yang praktek mandiri di Indonesia merupakan lulusan D3 dan D4 belum ada yang lulusan profesi fisioterapi.

"Saat ini proporsi fisioterapis dengan jumlah penduduk adalah 1: 30.000, sedangkan proporsi normal 1:7000. Data ini menunjukkan bahwa para fisioterapis masih sangat dibutuhkan," kata Rektor Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta  Warsiti, Sabtu (28/10).

Unisa Yogyakarta telah mewisuda 107 Ners dan 115 Profesi Fisioterapi di Auditorium Gedung B. Fisioterapi yang diwisuda kali ini adalah profesi pertama yang diluluskan Unisa dan profesi pertama di Indonesia.

Warsiti mengatakan kebutuhan rumah sakit untuk fisioterapi lulusan profesi hingga tahun 2020 adalah 2.500 fisioterapis. Sementara lulusan per tahun hanya mencapai 250 orang fisioterapis.

Peluang lulusan fisioterapi untuk membuka klinik mandiri sangat luas. "Fisioterapis punya kompetensi untuk bekerja di fitness center, pusat-pusat olahraga dan klinik tumbuh kembang, Pelayanan fisioterapis bisa membuat pasien sehat, produktif dan berprestasi," kata Warsiti.

Ketua Umum Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) Mohammad Ali Imron yang juga Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Unisa Yogyakarta, mengatakan, selama ini para fisioterapis yang praktek mandiri di Indonesia rata-rata merupakan lulusan D3 dan D4. Padahal sesuai dengan aturan, kata dia, mulai 2020, fisioterapis yang buka praktek mandiri harus lulusan profesi fisioterapi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement