Kamis 29 Jun 2017 19:42 WIB

Pendidikan Karakter Harus Ditunjang Kualitas Guru

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Muhammad Hafil
Siswa-siswi Sekolah Dasar mengikuti pelajaran di sekolahnya. (ilustrasi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Siswa-siswi Sekolah Dasar mengikuti pelajaran di sekolahnya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ‎Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah menyiapkan program sekolah lima hari (SLH). Ini dilakukan agar pada akhir pekan siswa bisa berkumpul dengan keluarga dan berekreasi. Program ini juga ditujukan untuk membangun pendidikan karakter siswa.

‎Menurut  Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyaristti, pendidikan karakter bukan hanya dibentuk dengan jam pelajaran yang lebih lama di sekolah. Pendidikan karakter pun harus ditunjang dari kualitas guru ketika mengajar. Sarana dan prasarana pun harus memadai dalam membangun karakter siswa.

"Program ini mungkin bisa berjalan bagus jika diterapkan di sekolah tertentu yang secara sarana dan prasana seperti tempat bermain, beribadah, dan istirahat memadai," ujarnya, Kamis (29/6).

Terkait program sekolah lima hari, Retno mengatakan, program ini cocok untuk mengakomodir siswa yang ada di perkotaan. Sebab, banyak siswa yang ada di daerah justru lebih cepat dalam pulang sekolah karena anak-anak di sana harus membantu orang tua mereka bekerja di ladang misalnya.

Selain itu lanjut Retno, di daerah alat transportasi pun terbilang terbatas. Terdapat kota atau kabupaten yang transportasi‎nya beroperasi hingga pukul 15.00. Jika anak harus sekolah delapan jam dan mungkin pulang di atas jam tersebut, maka mereka akan kesulitan pulang ke rumah. Jam pulang sekolah yang terlalu lama pun akan menghambat aktivitas bermain anak bersama teman-teman‎ di sekitar rumah yang merupakan lingkungan utama mereka.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement