Senin 20 Mar 2017 11:18 WIB

136 SMP di Sleman Jalani Simulasi UNBK

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Andi Nur Aminah
Siswa-siswi SMPN 1 Sleman menjalani simulasi terakhir UNBK, Senin (20/3). Rizma Riyandi
Foto: Rizma Riyandi
Siswa-siswi SMPN 1 Sleman menjalani simulasi terakhir UNBK, Senin (20/3). Rizma Riyandi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebanyak 136 SMP dan MTs di Sleman menjalani simulasi ujian nasional berbasis komputer (UNBK), Senin (20/3). Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sleman, Arif Haryono mengatakan, simulasi kali ini merupakan yang terakhir sebelum para siswa melaksanakan UNBK tanggal 2, 3, 4, dan 8 Mei. "Pelaksanaan UNBK ini untuk meningkatkan kulitas penyelenggaraan ujian agar lebih efisien," katanya saat ditemui di SMPN 1 Sleman. 

Menurut Arif tahun lalu SMP peserta UNBK hanya berjumlah sembilan sekolah. Sedangkan tahun ini metode ujian tersebut diterapkan di seluruh SMP dan MTs. 

Adapun jumlah sekolah yang menyelenggarakan UNBK secara mandiri berjumlah 85 sekolah. Sementara 51 lainnya menumpang di SMK dan SMA. Sedangkan peserta UNBK tingkat SMP tahun ini berjumlah 14.756 orang, dengan fasilitas meliputi 259 server, 259 proktor, dan 259 teknisi. 

Mata pelajaran yang diujikan antara lain bahasa indonesia, bahasa inggris, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan matematika. "Rata-rata dalam satu hari ada tiga sesi ujian," ujar Arif. 

Kepala SMPN 1 Sleman, Nurul Wachidah menyampaikan, simulasi yang diselenggarakan di sekolahnya relatif lancar. Meskipun sempat ada hambatan berupa gangguan jaringan internet, hal tersebut masih bisa ditanggulangi. "Kami punya dua server utama dan dua cadangan. Komputernya ada 80 unit di dua ruangan, semuanya PC," kata Nurul. 

Sedangkan dalam satu sesi, peserta UNBK berjumlah 75 orang. Sehingga lima komputer yang tidak terpakai hanya merupakan cadangan. Adapun total peserta UNBK SMPN 1 Sleman berjumlah 224 orang. Tahun ini merupakan kali pertamanya SMPN 1 Sleman menyelenggarakan UNBK. Sehingga perlu ada beberapa penyesuaian yang dilakukan. Termasuk melakukan pengadaan fasilitas. 

Siswa Kelas IX-D SMAN 1 Sleman, Aditya Krisna Saputra (15) mengakui bahwa ujian menggunakan komputer jauh lebih praktis dan mudah dibanding dengan menggunakan kertas. Namun kelemahannya, ia tidak bisa mencorat-coret kertas soal untuk menghitung.

"Tapi tetap dikasih kertas buat corat-coret kok. Kelemahannya kan kalau di kertas, jawabannya lebih susah diganti," kata Adit. 

Ia mengakui, saat simulasi, dirinya sempat kesulitan ketika akan keluar dari akun soal. Lantaran jaringan internet sempat ngadat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement