Rabu 09 Nov 2016 22:23 WIB

48 Ribu Sekolah Belum Nikmati Akses Internet

Rep: Umi Nur Fadilah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Menara internet di sekolah (ilustrasi)
Foto: Panoramio.com
Menara internet di sekolah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Ari Santoso mengungkapkan, sebanyak 48 ribu dari 165 ribu sekolah yang dikelola Kemdikbud tidak memiliki akses internet.

"48 ribu sekolah itu, nggak ada akses internet," kata dia dalam acara Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat (Kopi Darat) di kantor Kemdikbud, Jakarta, Rabu (9/11).

Dari 165 sekolah tersebut, ia melanjutkan, sebanyak 15 ribu sekolah tidak mempunyai jaringan listrik. Ia menyebut, prosentase sekolah yang paling banyak berada di luar Pulau Jawa. Namun, untuk jumlah terbanyak berada di Pulau Jawa, khususnya Banten, Jawa Selatan.

Ari menjelaskan, sebenarnya sinyal internet ada di mana-mana karena menggunakan pemancar satelit. Namun, alat untuk menangkap sinyal internet sangat mahal, sekitar Rp 30 juta per bulan per sekolah. Ia menyayangkan, masih banyak sekolah yang belum menikmati akses internet. Bahkan, jumlah sekolah di Malaysia tidak sampai 48 ribu.

Kondisi tersebut membuat sekitar tujuh juta generasi muda Indonesia kalah bersaing karena belum mengenal internet dan TIK. "Jumlah siswa yang belajar nggak pake internet itu, tantangan berat kita," ujar dia.

Ari menolak apabila permasalahan akses internet ini membuat Kemdikbud menjadi instansi yang disalahkan. Sebab, akses internet merupakan pekerjaan antarkementerian/lembaga. "Kami sudah sampaikan ke Bappenas, dana Kemkominfo Insya Allah bisa diselesaikan. Mereka gunakan satelit, tapi sulit di Papua, karena ketinggian pohonnya lebih tinggi dari antenanya," jelasnya.

Ari menegaskan, tantangan Indonesia bukan hanya bukan infrastruktur saja. Namun, ia menuturkan, teknologi informasi dan komunikasi akan mendorong masyarakat berfikir kreatif. "Kita harusnya berpikir, TIK bukan hanya untuk pendidikan. Namun, bagaimana menggunakan TIK untuk berinovasi," kata Ari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement