Jumat 29 Apr 2016 12:01 WIB

Di Indonesia, Hanya 1 dari 1.000 Orang yang Serius Membaca Buku

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Esthi Maharani
Mendorong anak untuk suka membaca akan menimbulkan minat anak untuk suka menulis.
Foto: Antara
Mendorong anak untuk suka membaca akan menimbulkan minat anak untuk suka menulis.

REPUBLIKA.CO.ID,‎ JAKARTA -- Minat baca masyarakat Indonesia terbilang masih rendah. Terbukti, Hasil survei UNESCO pada 2011 menunjukkan indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang masih mau membaca buku secara serius (tinggi).  

Pada Maret 2016 lalu, Most Literate Nations in the World, malah merilis pemeringkatan literasi internasional. Dalam pemeringkatan tersebut, Indonesia berada di urutan ke-60 di antara total 61 negara. Kondisi yang sama juga terjadi pada pemeringkatan tingkat pendidikan Indonesia di dunia yang dari tahun ke tahun belum beranjak dari papan bawah dalam berbagai survei internasional. Salah satunya World Education Forum di bawah naungan PBB yang menempatkan Indonesia di posisi 69 dari 76 negara.

Indonesia harus segera melahirkan sistem perbukuan yang diatur dalam sebuah undang-undang, yang salah satu tujuannya untuk meningkatkan minat baca masyarakat dengan menyediakan buku berkualitas yang murah dan tersebar merata. Buku dan negara maju sudah menjadi dua hal yang tidak terpisahkan.

Semua negara maju di dunia menyadari bahwa kebijakan sistem perbukuan adalah syarat mutlak dalam upaya menghidupakan dunia penerbitan, penumbuhkembangan minat baca, pemberantasan butu aksara, pencerdasan kehidupan bangsa dan muaranya kemajuan bangsa.

Semua negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Prancis, dan Jerman juga menjadi negara yang mendominasi penerbitan buku dunia. Langkah ini kemudian disusul oleh Rusia, Spanyol, Cina, dan India. Bahkan di India, harga buku dari penerbit internasional dan ternama sekalipun sangat murah karena tidak ada pajak buat penerbitan buku. Hasilnya, India menjelma menjadi salah satu kekuatan dunia.

"Buku menjadikan mereka menguasai ilmu pengetahuan," ujar Wakil Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris, baru-baru ini.

Jepang menjadi penguasa teknologi dunia karena sejak dulu pemerintahnya punya program menerjemahkan berbagai buku dari dunia barat kemudian dijual dengan harga yang cukup murah. Ini semua bisa terjadi karena mereka sudah punya sistem perbukuan. Saat ini Rancangan Undang-Undang (RUU) Sistem Perbukuan menjadi prioritas pada 2016.

"Kita mendorong bersama segera rampung tahun ini karena memang kehadirannya sangat mendesak,” kata dia.

Menurut Fahira, selain soal anggaran, sistem belajar mengajar, kompetensi guru, infrastruktur, dan pemanfaatan teknologi, rendahnya minat baca sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan Indonesia. Negara dengan minat baca rendah dapat dipastikan juga memiliki kualitas pendidikan yang rendah juga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement