Kamis 08 Oct 2015 19:40 WIB

Menristek Dikti: Jangan Sampai Ada Riset Mandeg

Rep: c07/ Red: Fernan Rahadi
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) M Nasir.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) M Nasir.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menristek Dikti, M. Nasir mengatakan selama ini siswa dan siswi di Indonesia sangatlah berprestasi. Bahkan, tidak sedikit yang telah memenangkan olimpiade fisika untuk tingkat dunia.

"Namun, saat mereka lulus SMA banyak yang entah ke mana," kata Nasir dalam acara Talkshow PMDSU dengan tema "Indonesia Mencari Doktor" di Kampus ITB, Jalan Ganesha, Bandung, Jawa Barat, Kamis (8/10).

Oleh karena itu, Kemenristek Dikti mengadakan Program Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). PMDSU merupakan program percepatan pendidikan bagi sarjana Unggul yang meringkas waktu pendidikan doktoral, dari rata-rata enam tahun menjadi empat tahun.

PMDSU merupakan salah satu terobosan pendidikan dalam memenuhi pembangunan nasional. Nasir memaparkan sampai akhir tahun 2013, tenaga dosen tetap yang tercatat di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi adalah 154.968 dosen dengan komposisi kualifikasi akademis sebanyak 54 persen setara magister (S2), 11 persen doktor (S3) dan 36 persen sarjana atau diploma.

Melihat angka tersebut, jumlah Doktor perlu ditingkatkan secara terus menerus sehingga mencapai minimal 20 persen dari jumlah seluruh dosen perguruan tinggi. Karena, jika mengandalkan program pendidikan doktor reguler yang ada saat ini, dengan produktivitas paling banyak 1.000 doktor setiap tahun, sehingga diperlukan waktu sekitar 13 sampai 14 tahun untuk mencapai proporsi 20 persen.

"Kita mau mendorong Perguruan Tinggi menghasilkan doktor berkualitas, menciptakan edukasi yang baik," ucapnya.

Nasir tidak ingin ada riset mandeg. "Selama ini sudah ada 700 inovasi yang diajukan dan mengeluarkan ratusan miliar. Namun, bisa dimanfaatkan bisa diitung dengan jari," keluhnya.

Mantan Rektor Universitas Diponegoro itu yakin, nantinya para lulusan PMDSU dibutuhkan PTN dan PTS. "Mereka, kalau sudah selesai adalah bibit unggul pasti banyak dilirik," ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof DR Kadarsah Suryadi mengatakan saat ini dari 1.222 dosen di institusinya, 85 persen sudah bergelar doktor. Ia berjanji akan terus meningkatkan kualitas kampus idaman dan tertua di Indonesia itu.

Salah seorang Sarjana Pertanian dari Universitas Sumatera Utara (USU) Suhendra Pakpahan mengaku sangat beruntung mengikuti program PMDSU. Ia melanjutkan program S2 dan S3 nya di UGM Yogyakarta, menurutnya mengikuti program percepatan bukanlah sekedar latah, namun ia ingin memberikan pengalaman yang terbaik untuk almamaternya di USU.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement