Rabu 12 Aug 2015 20:27 WIB

7 Juta Anak tak Sekolah, Kemendikbud Mengaku Telah Berupaya

Rep: C13/ Red: Ilham
Anak jalanan
Foto: M Syakir/Republika
Anak jalanan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengungkapkan telah melakukan berupaya untuk menghadapi anak yang putus sekolah. Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Sekjen Dirjen Dikdasmen Kemendikbud), Thamrin Kasman menyebutkan pemerintah terus berusaha meningkatkan akses pendidikan.

“Terutama akses pendidikan anak-anak yang rentan putus sekolah,” ujar Thamrin saat diskusi mengenai  “Program Wajib Belajar 12 Tahun, 70 Tahun Indonesia Merdeka: Negeri Impian Tanpa Anak Putus Sekolah” yang diadakan Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP) di Kemendikbud, Jakarta, Rabu (12/8).

Thamrin menjelaskan, sudah ada beberapa program yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi angka putus sekolah. Sebagi misal, pemerintah membuat kebijakan Bantuan Siswa Miskin (BSM) atau Program Indonesia Pintar (PIP). Pembiayaan ini diperuntukkan kepada siswa yang kesulitan biaya transportasi untuk ke sekolahnya.

Untuk meningkatkan peningkatan pembelajaran, Kemendikbud telah membantu dengan Biaya Operasional Sekolah (BOS). Pemerintah telah meluncurkan program ini sejak 2005. Hal ini dilakukan agar anak-anak bisa tetap bersekolah.

Selain itu, Thamrin menyatakan, pemerintah juga memiliki program retrieval. Menurutnya, program ini untuk mengantar siswa SMP agar bisa berlanjut ke tingkat sekolah berikutnya. Ia menjelaskan, siswa bisa memilih sekolah yang diinginkan.

Setelah menerima bantuan tersebut, pemerintah membuat komitmen kepada para siswa tersebut. Maksudnya, pihaknya harus meyakinkan siswa-siswa tersebut bahwa mereka bisa melakukan proses pendidikan hingga selesai.

“Kita buat komitmen, misal kita bilang ‘nanti kita akan rayakan kelulusan kamu tiga tahun ke depan ya?” tambahnya.

Sebelumnya, Konsultan Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP), Totok Amin Soefijanto mengungkapkan, tujuh juta anak Indonesia tidak bersekolah. Rata-rata usia sekolah berkisar 7 hingga 19 tahun.

“Kalau tingkat putus sekolah di tingkat SD relatif rendah,” ujar Totok dalam acara yang sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement