Rabu 24 Dec 2014 07:17 WIB

Pakar: Dua Model Kurikulum Berbeda Akan Menyulitkan

Kurikulum 2013 (2013)
Foto: Republika/Mardiah
Kurikulum 2013 (2013)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pakar pendidikan yang juga Rektor Universitas PGRI Semarang Dr Muhdi menilai berjalannya dua model kurikulum berbeda sebagai dampak penghentian kurikulum 2013 akan menyulitkan.

"Penghentian kurikulum kan tidak dilakukan untuk seluruh sekolah. Bagi sekolah yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 selama tiga semester kan diminta tetap jalan terus," katanya di Semarang, Selasa Malam.

Sementara untuk sekolah-sekolah yang baru satu semester harus kembali ke kurikulum 2006, kata dia, sehingga dalam pelaksanaannya berimplikasi adanya dua model kurikulum berbeda yang diterapkan.

Menurut Sekretaris Umum PGRI Jawa Tengah itu, penerapan dua model kurikulum yang berbeda, yakni kurikulum 2013 dan kurikulum 2006 tentu memerlukan sistem evaluasi dan penilaian yang berbeda.

"Kalau seperti ini kan malah menyulitkan evaluasinya. Nanti bagaimana ujian nasional (UN)-nya? Apa harus berbeda? Tes masuk perguruan tinggi nanti juga bagaimana? Apakah harus berbeda?," katanya.

Kalau memang pemerintah ingin menghentikan pelaksanaan kurikulum 2013, lanjut Muhdi, semestinya dilakukan secara serentak untuk seluruh sekolah agar tidak berdampak terjadinya dua model kurikulum.

Berkaitan dengan kurikulum, ia mengakui pemerintah memang berada pada posisi yang sulit, baik tetap melanjutkan pelaksanaan kurikulum 2013 maupun menghentikan pelaksanaan kurikulum baru itu.

"Ibaratnya, pemerintah maju kena mundur juga kena. Posisinya serba sulit. Kalau tetap melanjutkan, banyak masalah yang mengganggu pelaksanaan kurikulum 2013, seperti dari aspek buku pelajaran," katanya.

Distribusi buku-buku pelajaran bermuatan kurikulum baru masih belum merata, kata dia, kesiapan tenaga pengajarnya juga belum maksimal, sementara sarana prasarana pendukungnya juga belum mampu dipenuhi.

"Di sisi lain, penghentian kurikulum 2013 juga menimbulkan masalah. Apalagi, penghentiannya ternyata tidak dilakukan untuk seluruh sekolah, melainkan sekolah yang belum menjalankan tiga semester," katanya.

Dasar yang digunakan untuk memutuskan sekolah tetap melanjutkan atau menghentikan kurikulum 2013 dari lama penerapan atau semester juga kurang tepat, ungkap dia, sebab bisa saja salah sasaran. "Belum tentu sekolah yang baru menerapkan satu semester kalah siap dibandingkan sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 lebih dari tiga semester. Sebaliknya, malah ada yang lebih siap," pungkas Muhdi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement