Rabu 10 Sep 2014 17:35 WIB

Kurikulum 2013 Terlalu Berat untuk Siswa

Rep: c87/ Red: Taufik Rachman
Buku Kurikulum 2013
Foto: Republika/Prayogi
Buku Kurikulum 2013

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Materi Kurikulum 2013 dianggap terlalu berat dan tidak sesuai dengan tingkatan para siswa. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menemukan banyaknya materi yang bermasalah saat melakukan pemantauan di 21 provinsi dan 46 kabupaten/kota pada 14 Juli – 8 September.

“Anak-anak berat terhadap tematik, terasa sekali setelah kurikulum ini dilaksanakan, orangtua banyak berkeluh kesah,” kata Sekjen FSGI, Retno Listyarti, dalam konferensi pers di gedung Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (10/9).

Retno mencontohkan sulitnya materi Kurikulum 2013 terutama matematika untuk SD, SMP dan SMA. Dia mencontohkan dalam buku kelas X SMA banyak soal OSN matematika di bab awal.

Sebagian besar mata pelajaran dalam materi Kurikulum 2013 dimulai dari bahasan yang sulit dan tidak sistematis. Seharusnya pembahasan secara bertahap mulai dari yang mudah, sedang dan sulit.

“Buku Kurikulum 2013 sangat memberatkan orangtua murid SD karena banyak PR dan tugas prakarya yang membutuhkan campur tangan orangtua. Buku tematiknya banyak tugas dan pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa tapi minim bahan bacaan,” terang Retno.

Contoh lainnya, dalam materi PKN kelas X SMA bab pertama tentang kasus-kasus pelanggaran HAM berat. Materi itu langsung membicarakan kasus apa saja yang tergolong pelanggaran HAM berat. Tanpa menjelaskan apa yang dimaksud pelanggaran HAM dan kategorinya apa saja.  

Selain itu, banyak kesalahan tulis pada buku wajib IPA kelas VIII SMP. Dalam Bab 1 tentang gerak pada tumbuhan banyak kesalahan tulis. Sehingga menyebabkan beda pengertian.  Contohnya, yang seharusnya gerak geotropism ditulis getrotropisme.

Bahkan, dalam buku wajib Matematika kelas VII SMP disusupi iklan sepatu. Akibatnya merk sepatu itu yang paling banyak dipakai siswa.

“Buku yang pemerintah banggakan, kualitas macam apa dengan adanya kekacauan seperti ini. Persoalan salah ketik itu cukup fatal,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement