Senin 05 May 2014 23:47 WIB

'Pendidikan di PAUD Harusnya Lebih Banyak Bermain'

Anak-anak kelas B PAUD Mekar Gondangdia belajar bermain alat musik angklung, Jakarta Pusat, Kamis (20/2).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Anak-anak kelas B PAUD Mekar Gondangdia belajar bermain alat musik angklung, Jakarta Pusat, Kamis (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harapan masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini telah bergeser menjadi pendidikan yang mengajarkan baca tulis dan berhitung, kata salah satu pejabat Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

"Padahal pendidikan di PAUD seharusnya lebih banyak bermain untuk memberikan stimulan terhadap syaraf motoriknya," kata Kepala Seksi Pendidikan Masyarakat dan PAUD Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal Dinas Pendidikan DKI Jakarta Wawan Sofwanudin di Jakarta, Senin (5/5).

Padahal, kata Wawan, baca tulis dan hitung seharusnya diajarkan di sekolah dasar. Namun, pengelola sekolah dasar pun saat ini seringkali mensyaratkan calon siswa yang sudah bisa baca tulis dan hitung.

"Paradigma di masyarakat pun berubah. PAUD yang bagus dinilai yang mengajarkan baca tulis dan hitung. Kalau di PAUD tidak diajarkan baca tulis dan hitung, orang tua memindahkan anaknya," tuturnya.

Wawan mengatakan secara nasional jumlah PAUD di Indonesia memang diperbanyak sejak ada program percepatan dan perluasan akses layanan PAUD.

Menurut Wawan, ada empat layanan PAUD yaitu taman kanak-kanak (TK), kelompok bermain (KB), tempat penitipan anak (TPA) dan satuan PAUD sejenis (SPS).

Di DKI Jakarta, kata Wawan, jenis layanan TK pada PAUD ditangani oleh Bidang TK, SD dan Pendidikan Luar Biasa. Sedangkan KB, TPA dan SPS ditangani Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal.

"KB, TPA dan SPS itu biasanya dikelola dan diusahakan oleh masyarakat. Banyak mitra pendidikan yang mengusahakan PAUD di wilayahnya masing-masing," jelasnya.

Menurut data Dinas Pendidikan, di DKI Jakarta terdapat 470 KB, 19 TPA dan 1.431 SPS. KB terbanyak berada di wilayah Jakarta Utara yaitu 143 unit, disusul Jakarta Barat (139), Jakarta Timur (92), Jakarta Selatan (62), Jakarta Pusat (31) dan Kepulauan Seribu (empat).

TPA tersebar di Jakarta Timur (delapan), Jakarta Pusat (lima), Jakarta Selatan (empat) dan Jakarta Barat dan Jakarta Utara (masing-masing satu).

SPS terbanyak ada di Jakarta Timur (411), disusul Jakarta Selatan (354), Jakarta Barat (242), Jakarta Pusat (234), Jakarta Utara (179) dan Kepulauan Seribu (13). (T.D018)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement