Kamis 12 Dec 2013 17:10 WIB

'Kurikulum SD Tidak Ada Mata Pelajaran Bahasa Inggris dan TIK'

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Kapuskurbuk) Kemendikbud Ramon Mohandas mengatakan, sebenarnya tidak ada istilah penghapusan Bahasa Inggris maupun Teknologi Informasi Komputer (TIK) dalam mata pelajaran Sekolah Dasar (SD).

Istilah penghapusan tersebut harus diluruskan. Sejak dulu, terang Ramon, dalam kurikulum SD tidak ada mata pelajaran bahasa Inggris dan TIK.

"Dalam Kurikulum 2013 juga tidak ada mata pelajaran bahasa Inggris dan TIK, maka tidak ada penghapusan kedua mata pelajaran itu karena memang tidak ada," katanya, di Jakarta, Kamis, (12/12).

Orang tua di Jakarta, ujar Ramon, mungkin kaget saat melihat dalam Kurikulum 2013 tidak ada mata pelajaran bahasa Inggris dan TIK. Lalu mereka mengira keduanya dihapuskan dari kurikulum, padahal memang tidak ada dari dulu.

Bahasa Inggris dan TIK, kata Ramon, merupakan mata pelajaran muatan lokal. Artinya setiap SD boleh memasukkan atau tidak memasukkan bahasa Inggris dan TIK dalam mata pelajarannya.

Muatan lokal itu, ujar Ramon, selain bahasa Inggris, TIK, juga pelajaran seni budaya, dan prakarya. Pada intinya semua SD boleh menambah mata pelajaran muatan lokal namun jangan sampai penambahan muatan lokal mengurangi jam pelajaran yang ada di kurikulum.

"Misalnya saja, SD pulangnya jam 12 siang. Maka mereka bisa menambahkan mata pelajaran bahasa Inggris dengan menambah satu jam mata pelajaran, jadi anak SD pulang jam satu siang karena belajar bahasa Inggris," kata Ramon menerangkan.

Menurut Ramon, masing-masing sekolah bebas menambahkan muatan lokal. "Secara teknis semua diserahkan kepada sekolah," katanya.

Mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes), terang Ramon, sama sekali tidak dihapuskan dari mata pelajaran SD. Bahkan Penjaskes dalam kurikulum itu diwajibkan.

"Setiap sekolah harus memasukkan mata pelajaran Penjaskes. Kalau ada SD yang tidak mengajarkan Penjaskes malah salah itu," ujar Ramon.

Penjaskes, lanjut Ramon, dari dulu sudah ada dalam struktur kurikulum. Pada Kurikulum 2013 juga tetap ada, tidak ada perubahan.

"Bahkan Penjaskes, kalau ada SD yang ingin menambahkan jumlah jamnya tidak masalah. Penjaskes itu juga tergantung fasilitas olah raga masing-masing sekolah "ujar Ramon.

Terkait bahasa Inggris tidak terdapat dalam kurikulum SD, Ramon menerangkan, kalau bahasa Inggris dimasukkan dalam kurikulum berarti wajib diajarkan di setiap SD. Padahal tidak semua daerah memiliki sarana pendukung untuk diberikan pelajaran bahasa Inggris.

Misalnya, ujar Ramon, di daerah pelosok, tenaga pengajar bahasa Inggris belum ada. Nanti kalau dipaksakan masuk dalam kurikulum malah diajarkan oleh orang yang tidak memiliki kapasitas mengajarkannya.

"Kalau anak-anak diajar oleh orang yang tidak paham isi materinya nanti malah rusak. Makanya lebih baik bahasa Inggris tidak dipaksakan masuk kurikulum," kata Ramon.

Kalau sekolah-sekolah di kota, ujar Ramon, memang banyak yang mengajarkan bahasa Inggris. Sebab guru yang tersedia juga banyak dan memadai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement